■TIGA-PULUH-TUJUH■

3K 164 41
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•





Anggap aja percakapan pas di kantor Bakinza itu menggunakan bahasa Inggris😂
 

Mencintai bukan hanya pada fisik dan sikapnya saja, tapi mencintai semua yang ada pada dirinya dan yang diberikan darinya.

-Sagita-

🍁

Bakinza melangkahkan kaki ke ruangan kerja, semua mata tertuju padanya. Dan dirinya merasa nyaman akan itu, karena semua menerima dan bersikap baik padanya.
Senyumnya mengembang saat di meja sudah tersedia kopi yang mengepul. Sebenarnya dirinya tidak terlalu suka kopi, tapi biarlah, nanti dia akan memberitahu pada si pembuat kopi itu untuk menggantikannya dengan air putih saja.

Seorang lelaki setengah baya masuk ke ruangan Bakinza, di sebelahnya ada lelaki berambut hitam legam yang tersenyum sopan pada Bakinza.

Bakinza segera bangun dari duduknya, ia bersyukur karena di ruangan ini bukan hanya ada dirinya tapi ada juga Sakira, teman editor lainnya.

"Mr. Wahid," sapa dengan sopan Bakinza pada lelaki setengah baya itu yang merupakan Managing Editor.

Mr. Wahid tersenyum, "ini Bakinza, saya bawa penulis novel pertama yang akan kamu benahi naskahnya. Dia penulis genre Fantasi, jadi saya mohon kamu harus sangat teliti dalam membenahi naskahnya."

Bakinza tersenyum, "baik, Mr. Wahid. Dan perkenalkan nama saya Bakinza."

Lelaki berambut coklat berkemeja hitam itu tersenyum singkat, "Razaq."

"Oke, Bakinza. Kalau begitu saya tinggal. Silakan membicarakan apa yang terbaik untuk naskah itu. Good luck, guys!"

Setelah peninggalan Mr. Wahid, Bakinza dan Razaq duduk berhadapan mulai membicarakan naskah yang akan terbit bulan depan nanti. Selama pembicaraan, Bakinza menyimpulkan Razaq ini seusia di atasnya dan berbicara jika memang perlu ia bicara. Sangat irit kata, katanya dalam hati.

"Oke, baiklah, Mr. Razaq. Anda tenang saja, saya akan sebaik mungkin membuat naskah ini menjadi lebih baik lagi," Bakinza menyampaikan kalimat penutup pada pertemuannya kali ini.

"Baik. Saya akan menghubungi Anda jika saya ingin membicarakan tentang naskah itu."

Bakinza tersenyum, "baik, Mr. Razaq. Pasti saya akan meluangkan waktu untuk itu."

Razaq berdiri, ia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Namun, Bakinza menolaknya dengan halus.

Bakinza mengatupkan kedua tangan di depan dada, "maaf. Saya tidak bisa bersentuhan dengan yang bukan mahram."

Razaq terdiam dengan wajah datar, tak lama senyum tipis tersungging. "Maaf. Kalau begitu saya pergi."

"Tunggu Mr. Razaq!"

Razaq berbalik, kerutan halus tercetak di keningnya. "Ya?"

Bakinza tersenyum sopan, "alangkah baik jika ingin pergi ucapkan salam terlebih dahulu."

Razaq bergeming menatap Bakinza, dan lagi... senyuman tipis tersungging. "Maaf. Assalamu'alaikum."

Bakinza menggelengkan kepala seraya tersenyum geli, "wa 'alaikumsalam. Sudah berapa kali ia meminta maaf."

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang