TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•
▪
▪
▪
▪Halimah langsung memeluk Latief setelah mendengar penjelasan dari Fatih yang sungguh bagai petir yang menyambar. Dirinya bisa merasakan sakit yang sekarang dialami putri tercintanya. Sungguh firasatnya selama ini benar, dugaannya selama ini benar bahwa akan ada badai yang menghantam dasar relung hati putrinya.
Halimah terus mengucapkan semua ini salahnya. Salahnya yang tidak bisa memberikan putrinya arahan agar kejadian ini tak terjadi, salahnya yang meminta Latief pergi ke rumah adiknya sehingga pada saat di mana putrinya terpuruk ia tidak ada di sisinya memberikan pelukan kasih sayang.
Berbeda dengan Latief ia sedang menahan amarahnya. Ia kesal dan marah, tentu. Sampai-sampai rasanya Latief ingin memukuli wajah pria yang telah memberikan sejuta luka pada putrinya. Namun apa yang bisa ia lakukan? Apakah ia juga harus marah pada Sang pembuat skenario ini? Tidak. Semua ini sudah ketetapan-Nya. Takdirnya.
"Umi ingin menemui Bakinza," ucapnya di sela tangis. Ia ingin menemui putrinya, ingin memeluk putrinya, ingin mendengarkan semua isi hati putrinya.
"Jangan sekarang. Hati dan pikiranmu sedang kacau, jika kamu menemui dengan keadaan seperti ini yang ada kamu akan membuatnya bertambah sedih. Sekarang masuklah ke kamar dan istirahat," Latief berucap pelan dan hati-hati agar tidak melukai hati istrinya. Dan ia bernapas lega karena Halimah mengangguk.
"Fatih, bawalah Umi ke kamar."
"Baik, Abi."
🍁🍁🍁
Dengan sangat pelan dan hati-hati tidak ingin menimbulkan suara sedikitpun Latief masuk ke kamar Bakinza. Ia melihat putrinya baru saja selesai melatunkan kalamullah. Ada rasa haru dan bangga tersendiri pada hati Latief pada Bakinza. Mendapat ujian seberat ini tak menggoyahkan iman dan kewarasannya, itu berarti perlahan Bakinza mulai menerima akan takdirnya ini.
"Eh, Abi?"
Latief tersentak karena Bakinza saat ini sudah berdiri di hadapannya. Bakinza menyaliminya dan ia balas dengan usapan lembut pada pipi putrinya.
"Ada apa, kok, malam-malam begini Abi ke kamar Kinza?" tanya Bakinza mencoba seperti biasanya. Namun tetap saja kabut kesedihan sangat jelas terlihat di mata indah Bakinza.
Latief tersenyum, "Abi hanya ingin melihat putri kecilnya Abi yang sangat sholehah dan cantik ini."
"Abi, kok, tiba-tiba manis kayak gini, sih?" walaupun Bakinza mengatakan itu diiringi tawa, namun tetap saja raut wajahnya tak berseri.
Kini ayah dan anak itu telah duduk di sisi kasur Bakinza. Bakinza terus saja berceloteh, menceritakan hal-hal konyol yang ia lakukan bersama Fatih. Latief tahu putrinya ini pintar sekali dalam hal menutupi luka, Latief sangat mengenali putrinya.
"Kinza jangan tutupi luka itu dengan raut bahagia dan tawamu, Nak."
Bakinza terkekeh. Seolah-olah ia tak mengerti ia bertanya, "maksud Abi apa? Apa yang kinza tutupi, Bi?" Namun sehebat apapun seorang pemeran dalam melakukan aktingnya, mata adalah hal yang tidak dapat dibohongi. Apabila kamu ingin tahu kejujuran dari seseorang lihatlah matanya kamu akan menemukan jawabannya.
"Jangan bermain peran di hadapan Abi, Nak. Matamu sangat jelas terlihat, Abi mengetahui semuanya. Tumpahkanlah, Nak, tumpahkan tangismu!"
![](https://img.wattpad.com/cover/190706133-288-k977458.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAKINZA-Takdirku Bersamamu
RomanceAllah tidak menguji cinta seseorang, Allah hanya menguji hatinya. Sejauh dan semampu manakah ia sanggup bertahan. --------------- Di saat cinta telah menetap, di saat rindu sudah dibelenggu dalam penantian panjang. Bagaikan petir yang menyambar, Bak...