■D U A■

4.3K 197 25
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•



Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta, lembahnya adalah cinta kepada sesama.

🌷🌷🌷🌷🌷

Bakinza meregangkan otot tubuhnya, merasa lelah. Setelah menghabiskan waktu lebih dari 3 jam, berkutat dengan laptop untuk menyelesaikan tugas proposal.

"Huh, hampir selesai. Aku lanjut besok malam saja," perempuan berlesung pipi itu beranjak dari duduknya. Dapur adalah tujuannya, untuk membuat segelas minuman kesukaannya, yaitu coklat panas.

Bakinza menghirup aroma yang dikeluarkan, membuat dirinya sedikit rileks. Di dalam rumah hanya ada dirinya, Halimah dan Latief pergi untuk menghadiri peresmian perusahaan teman.

Bakinza berniat untuk ke kamar, namun suara bel rumah membatalkan niatnya. Meletakkan gelas lalu berjalan untuk menyambut siapa yang bertandang ke rumahnya. Sebelum membuka pintu, dilihat terlebih dahulu melalui celah jendela. Yang dilihatnya seorang pria memakai topi, sekilas seperti penampilan orang jahat. Bakinza resah, bel kembali berbunyi. Dengan mengucap Basmalah, ia pun berani.

Pintu telah dibuka, namun pria itu belum berbalik badan juga. Bakinza memberanikan untuk menyapa.

"Maaf, anda siapa?"

Bakinza bersuara, pria itu membalikkan tubuhnya namun dengan kepala tertunduk. Bakinza menghela napas, misterius sekali, batinnya.

"Anda, siapa? Apa ada perlu dengan Pak Latief?"

Pria itu masih diam, enggan berbicara. Bakinza meremas gamis, Bakinza lebih memperhatikan penampilan pria dihadapannya, dari atas sampai bawah. Merasa mengenali, matanya terhenti tepat di dada pria itu. Ada sebuah kalung yang sangat ia kenali. Rasa bahagia tiba-tiba memenuhi hatinya, dengan cepat ia menerjang pria dihadapannya dengan sebuah pelukan.

"Kakak," jeritnya tertahan. Sementara pria yang dipeluknya membalas pelukan Bakinza sambil tertawa. Pria itu Muhammad Fatih Al-husaini, kakak Bakinza.

Bakinza melepas pelukannya, matanya basah karena menangis. Bakinza terharu dan bahagia karena akhirnya selama 2 tahun Fatih tidak pulang, kini nyata dihadapannya.

"Assalamu'alaikum, adikku sayang," ucapnya. "Masih aja cengeng, udah gede juga." Ledeknya.

Bakinza menghapus sisa air matanya, dengan wajah kesal ia memeluk Fatih kembali, sambil berkata, "Kinza rindu sekali sama Kakak. Ini air mata kebahagiaan, Kakak masih aja ngeselin."

Fatih tertawa, tangannya bergerak mengelus kepala adiknya, dilepas pelukan adiknya. Lalu berjalan memasuki rumah sambil menggandeng tangan Bakinza. Berakhir mereka duduk di sofa.

"Kakak, Kinza tadi takut banget. Kinza sendiri di rumah, Kakak sok misterius banget, sih," mengambil napas. Kemudian berkata kembali, "Kakak juga sombong. Gak pernah telpon Kinza lagi, sesibuk apa, sih? Lupa sama Kinza?"

Fatih tersenyum geli, sifat cerewet adiknya ini yang sangat ia rindukan. Bakinza benar, Fatih jarang menelpon. Tapi, pada Halimah dan Latief, ia sering memberi kabar.

"Kakak tahu kamu sendirian di rumah. Jadi, Kakak sengaja sok misterius, hehe," akunya kemudian menyengir. "Jangan suudzon, Za. Di sana sibuk, kerjaan numpuk. Kakak, kan, sayang banget sama kamu. Mana mungkin, sih, lupa."

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang