TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•
▪
▪
▪
▪"Fatimah, tidaklah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para Malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya. Dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang."
-pesan Rasul pada putrinya-
🍁🍁🍁
Episode tiap episode kehidupan akan selalu berjalan ke depan, menghadirkan sebuah kejadian yang menyampaikan teori kehidupan. Waktu-pun turut andil dalam perjalanan hidup setiap insan, apapun yang terjadi di depan itulah ketetapan. Ketetapan yang pasti berujung pada keindahan.
Rasanya bagi Bakinza sang waktu seperti berlari kencang. Satu menit seperti satu detik dan satu hari seperti satu jam. Menghapus air mata yang masih berlinang rasanya tiada habisnya, rasa enggan terlalu besar mendominasi akan keputusannya untuk tidak tinggal di Cairo. Meskipun Cairo pernah menjadi kota impiannya namun jika di sana tinggal satu atap bersama si Tuan ugal-ugalan, Bakinza rasanya enggan.
"Udah dong, Dek, jangan nangis terus!" Entah ini yang seberapa kian kalinya ia mengatakan kalimat itu. Niat menemui sang adik untuk minta dikerok malah terjebak dalam lingkaran suasana yang menyesakkan. Fatih bisa-bisa nangis bombay jika Bakinza terus menumpahkan tangis yang terdengar di rungunya sangat menyayat.
"Huaaaaa ... Kakakk .. Kinza cuman takut di sana," rasanya Bakinza ingin menjitak kepala sang kakak karena sungguh tidak ada manis-manisnya saat melihatnya menangis tersedu-sedu.
"Takut mah sama Allah, Za."
Bakinza merenggut sebal. Sungguh lelaki memang tidak, sangat dan susah P E K A.
"Ya ampun, Kinzaaaaa!"
Suara cempreng nan menggelegar itu membuat kakak-beradik itu menoleh cepat pada Claudy yang setengah berlari menghamipri. Kinza dengan cepat menghapus sisa basah di pipi.
"Aku udah lihat, kok, air mata kamu. Jangan ditutupin! Aku juga tahu, kok, besok kamu bakal pindah ke Cairo ...,"Claudy duduk di samping Bakinza, wajahnya memerah dan, "huaaaaa!! Aku gak rela kamu pindah negara. Gimana atuh nanti kalau aku tanpamu di sisiku?"
Bakinza terharu dan ingin menangis kembali saat melihat sahabatnya berlinang air mata. Ia peluk erat Claudy dan kembali menitikkan air mata.
Fatih yang melihatnya tercengang akan tingkah wanita itu. Ia lebih memilih pergi menyelamatkan telinganya yang akan terkena serangan kata-kata alay.
Bakinza melepas rengkuhannya, ia menyusut hidung yang tersumbat menggunakan tissue. Setelahnya ia berbicara, "aku juga sebenarnya gak mau, Clau. Tapi harus bagaimana lagi ... itu sudah kewajibanku untuk ikut di manapun suami tinggal."
Claudy memberikan tissue pada Bakinza, "pasti nanti aku kesepian banget, deh, kalau gak ada kamu di sini. Dan nanti gak ramai kalau aku main ke sini. Tapi ... iya, sih, bener kata kamu, Za. Harus ikut kemanapun suami pergi bahkan sampai ke kutub utara sekalipun jika suami membolehkan. Sekarang kan syurgamu dan tanggung jawab dirimu sudah beralih pada Faraat, jadi ... ya sudahlah," Claudy membuang napas, "tapi nanti kalau kamu ada apa-apa di sana cerita, ya, sama aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
BAKINZA-Takdirku Bersamamu
RomanceAllah tidak menguji cinta seseorang, Allah hanya menguji hatinya. Sejauh dan semampu manakah ia sanggup bertahan. --------------- Di saat cinta telah menetap, di saat rindu sudah dibelenggu dalam penantian panjang. Bagaikan petir yang menyambar, Bak...