■DUA-PULUH-DUA■

2.4K 134 27
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•




Tidak terasa hari yang sakral akhirnya datang juga, hari dimana bagi wanita cantik berkhimar putih akan menyerahkan seluruh hidup dan menjadi tanggung jawab pada pemuda yang ia ketahui namanya namun tidak dengan rupanya.

Suara bising terdengar ramai oleh sanak keluarga yang datang. Bakinza menghela napas, dirinya masih tidak menyangka bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang istri. Dirinya dilanda kemungkinan-kemungkinan buruk yang menari di pikirannya, ia takut akan mengecewakan pemuda yang dalam beberapa jam ke depan akan sah menjadi suaminya.

Faraat Abdul Muntahar. Bibir ranum gadis itu berucap lirih saat menyebut nama calon mempelai pria. Nama yang sangat indah, menurutnya. Bakinza berharap calon mempelainya nanti bisa membimbingnya menjadi wanita sholehah dan bisa menggantikan posisi Raffa di hatinya.

Teringat Raffa, hatinya tiba-tiba menjadi sesak karena kemarin malam Raffa mengirimkan pesan padanya. Pesan yang mampu kembali menghangatkan hatinya dan menjadikannya lemah.

0812-2345xxxx : Bakinza, aku turut berbahagia atas pernikahanmu. Kuharap kamu bahagia dengannya:)

Bohong jika ia tidak menitikkan air mata, bohong jika ia tidak merasakan sesak yang menyiksa. Inginnya ia bersanding dengan Raffa, membina keluarga bahagia dan bertemu kembali di surga. Namun Allah berbicara lain, takdirnya bukan dengan Raffa, hidupnya bukan untuk bersama Raffa. Melainkan bersama dengan Faraat, lelaki yang diyakininya terbaik dari-Nya.

Ia pejamkan mata, mencoba untuk tak menitikkan air mata. Karena seharusnya sekarang ia harus tersenyum bahagia, kan? Ini hari terpentingnya, hari bersejarahnya, hari di mana ia akan hidup bersama selamanya dengan Faraat, takdir dari-Nya.

"Bakinza ...," Bakinza membuka mata, melihat Claudy yang sudah duduk di sampingnya.

"Kenapa?"

"Kamu cantik bangettt, tapi kenapa mahkotanya belum dipakai?"

Bakinza tersenyum tipis, "aku pengen kamu yang pasangin."

"Yaudah," Claudy tersenyum lebar, "Tuhann ... kamu kayak bidadari turun dari langit. Cantiknya minta pengen selfi berdua, deh. Hehe, yuk selfi."

Setelah selesai berselfie, Bakinza menggeleng kepala dan ia tertawa pelan, "duhh ... aku cantik banget, ya, di situ."

Claudy memperhatikan air muka sahabatnya, sejak awal ia masuk Bakinza tidak menyadari kedatangannya. Dia sudah lama duduk di sampingnya dan melihat semua tingkah Bakinza, termasuk rasa kesedihannya.

"Kinza, mungkin ini berat bagi kamu. Tapi kamu pernah bilang ke aku kan, kalau skenario Tuhan memang tidak terduga dan disangka-sangka. Namun Tuhan adalah sang perangcang skenario terbaik melebihi sang penulis yang karyanya best seller. Dan Tuhan akan menjadikan semua indah pada waktunya. Aku tahu banget, tahuuuu bangeeettt kamu masih menyimpan rasa pada Raffa. Dan Raffa cinta pertama kamu, dan aku tahu Za kamu wanita baik dan pasti kamu akan segera menghapus rasa itu dan kamu akan mencintai suamimu nanti. Sekarang tersenyumlah, Za. Tersenyum dengan ikhlas. Jalani ini dengan ikhlas, karena aku yakin Faraat adalah pria yang terbaik jauh melebihi Raffa."

Pelukan hangat ia rasakan dari dekapan Claudy, Bakinza mencoba untuk tidak menangis. Ia remas kuat-kuat sprei sampai rasanya tangan perih. Sungguh, perkataan sahabatnya mampu meyakinkan hatinya bahwa memang inilah jalan terbaik dari sang pembuat skenario.
Lupakan, hempaskan, mulai dengan lembar yang baru.

Suara MC terdengar menandakan akad akan segera dimulai, Bakinza melepas dekapan Claudy beralih ia memegang tangan Claudy.

Tak lama setelah itu terdengar lantunan ayat suci Al-qur'an yang mampu membuatnya terhanyut akan setiap lafadz yang dibacakan oleh sang kakak tercinta. Dan akhirnya Bakinza menitikkan air mata saat pembacaan selesai, dan Bakinza pun tahu Fatih mati-matian tidak menangis saat membacanya. Ia tahu Fatih terharu sekaligus bahagia. Karena Fatih pernah mengatakan dirinya sangat bahagia Bakinza menikah dengan sahabatnya.

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang