■S E P U L U H■

2.4K 135 20
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•



C

uaca mendung menghiasi langit lagi, tak ingin terjebak hujan kembali. Membuat wanita berlesung pipi itu berangkat lebih pagi, sampai akhirnya memijaki lantai kampus dengan selamat.

Suasana kampus lumayan ramai, mungkin alasannya sama seperti Bakinza. Berjalan melewati ruangan demi ruangan, membuat dirinya banyak yang menyapa. Ia hanya tersenyum saja.

Semalam berchat-ria bersama kedua sahabatnya, membuat ia tergelak dalam tawa yang tiada tara. Menceritakan kejadian konyol yang dialami Yahya, yang dijahili oleh anak ibu kantin yang memang menaruh rasa pada Yahya.

Singkat cerita, Bakinza tidak ikut kelanjutannya karena memang mendapat panggilan video call dari kakak tersayang.

Bakinza bahagia sekali melihat wajah tampan Fatih dibalik layar kamera. Ia dan Fatih banyak bercerita sampai pada akhirnya, teman Fatih tiba-tiba masuk dalam kamar dan melihat apa yang sedang Fatih lihat. Bakinza tertegun karena wajah pria itu muncul beberapa detik saja tapi mampu membuat Bakinza terpaku.

"Kinza!" Panggil Claudy dari kejauhan, Bakinza menoleh ke belakang dan mendapati Claudy berlari ke arahnya. Bakinza tersenyum tipis karena setelah sampai Claudy menumpu tangannya pada lutut.

"Tumben pagi?" Tanyanya dengan napas masih tersengal.

"Aku tanya kamu, kenapa kamu juga datang pagi?"

Claudy menggaruk pipinya, "hujan. Jadi berangkat lebih pagi agar gak kejebak hujan."

"Nah, itu jawabanku."

Dahi Claudy mengernyit, sedang memproses kemudian sumringah, "o, iya-iya-iya." Claudy cengengesan, "yasudah, yuk, ke kelas!"

"Za, aku tuh sebel ... banget, sama Si Arga. Dia tuh ya spam chat melulu. Gimana aku gak kesel! Kalau isi chat nya gak bermutu semua, masa dia cuman nanyain gimana kabar aku setiap detik dan setiap saat aja. Udah kaya produk yang melindungi dari keringat berlebih dan bau badan yang harganya dua ribuan."

Selama perjalanan diisi dengan curhatan Claudy yang kadang membuat Bakinza tertawa sampai geleng-geleng kepala. Bakinza hanya menanggapinya biasa, tidak mencoba mengompori.

Sampai kelas mahasiswa-mahasiswi yang terlihat sudah banyak, sudah ada Eshal yang sedang membaca buku. Claudy mengintrupsi Bakinza untuk berjalan pelan dan jangan berjalan lewat depan, Bakinza hanya mengikuti saja.

Claudy berjalan mengendap-endap saat sudah dibelakang Eshal, dalam hati ia berhitung ...

Satu, mengambil ancang-ancang tangan ke atas

Dua, memposisikan tangan sedikit ke depan. Bersiap untuk mengagetkan

Ti ...

"Sundel bolong!"

Bukan Eshal yang menjerit kaget, namun Claudy sendiri yang terkaget-kaget. Bagaimana tidak, saat hendak menghitung ketiga. Tiba-tiba saja Eshal berbalik badan cepat dengan ekspresi wajah melotot yang dibuat-dibuat.

Eshal tertawa puas melihat Claudy yang masih mengusap dadanya, "senjata makan tuan."

Bakinza tersenyum tipis saja lalu duduk di tempatnya.

Claudy memajukan bibirnya tanda ia kesal. Niat ingin menjahili Eshal malah dirinya yang kenal tuahnya. Eshal pun sama menduduki tepat di tengah antara Eshal dan Bakinza.

"Mangkanya jadi orang jangan jahil," petuah Eshal pada Claudy yang masih dalam mode kesal.

Claudy hanya berdehem saja, Eshal menghela napas. Tak lama kemudian Dosen datang dengan membawa setumpuk kertas. Para mahasiswa-mahasiswi merasa hapal dengan kebiasaan Dosen satu ini yang suka datang membawa keterkejutan.

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang