TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•
▪
▪
▪
▪Bagi sebagian pria yang jatuh cinta dan ingin segera memiliki, mungkin mudah untuk memulai awal pendekatan. Namun tidak bagi Raffa, si pangeran kampus pertama itu nyatanya sangat payah dalam hal percintaan. Bertatap mata dengan sang pujaan saja sudah membuatnya lemas, apalagi untuk memulai awal pendekatan dirinya tidak tahu harus memulai darimana.
"Sumpah, Raf. Demi Tuhan, gue prihatin sama elo," Arga menggelengkan kepala berulang kali, "bener sih, gue baru nyadar selama gue netes sampe sekarang, belum pernah sekalipun liat lo deket sama cewek."
"Emangnya lo tau masa kecil gue! Lo berteman sama gue pas masuk kampus ini doang kali," sergah Raffa yang membuat Arga nyengir.
"Tanya tuh sama Pak Yahya, yang sudah pernah mencoba mendekati Bakinza. Namun pada akhirnya ia terluka dan merana. Hahaha."
Yahya yang sedang membalas pesan dari ibunya seketika menoleh cepat, perkataan Arga sungguh membuat perasaannya tersinggung. Walaupun itu hanya gurauan.
Tapi emang bener juga, sih, ucapnya dalam hati. Namun dirinya masih tidak terima.
"Mulut lo! Gue ulek baru tau rasa!" Ucapnya mendesis.
"Wisss ... santai Mas Bro! Tapi emang bener 'kan. Udah lo gak usah baperan, ah. Tuh, kasih tau Raffa gimana langkah demi langkah supaya deket sama Bakinza."
"Ga! Lo apa sih!" Ucap Raffa sedikit menyentak karena merasa tak enak pada Yahya, "udah, Ya. Jangan dengerin omongannya si mantan Mimi Peri ini."
Arga yang mendengarnya melotot pada Raffa.
"Lagian 'kan gue nanya nya sama elo, kenapa nanya ke Yahya," bisiknya pada Arga. Arga hanya berdecak saja.
"Simpel, Raf, awal gue buat ngungkapin niat lamaran sih, ya kaya cowo pada umumnya. Pasti minta nomor hapenya atau gak ngomong secara lagsung," ucapnya setelah itu melanjutkan kembali kegiatan yang sempat tertunda. Sampai sekarang perasaan Yahya pada Bakinza perlahan mulai mengikis, dirinya sekarang lebih fokus pada Sang Pemberi Cinta.
"Gue ... maksdunya, alasan apa yang harus gue ucapin buat minta nomor hapenya?"
"Tinggal lo langsung aja, ungkapin buat keperluan lamaran."
Raffa menggeleng sekilas, "itu terlalu to the point. Gue sama Bakinza belum terlalu kenal banget, gue pengennya lamar dia kalau gue ngerasa dia juga jatuh cinta sama gue."
"Dan ... gue takut kalau terlalu awal, lamaran gue ditolak," lanjutnya dengan suara pelan. Namun Arga masih bisa mendengar.
"Wihhh ... ternyata belajar dari pengalaman Pak Yahya, ya."
"Ya! Ada yang memetik pelajaran dari kegagalan elo, nih sahabat kita yang ganteng tapi sayang bloon," ucapnya santai tanpa beban. Sontak saja Raffa langsung menginjak sepatu Arga.
"Eh, sepatu mahal nih. Gila lo!"
Yahya hanya tersenyum tipis jika diingatkan kembali pada hari itu dimana lamarannya ditolak, "udah Raf, nanti gue bantu."
Raffa hanya memberikan jari jempolnya.
"Lebih ampuh lagi pake sarannya gue."
Raffa tertawa meremehkan, "ogah! Yang ada nanti diri gue yang dipermaluin. Mending secara alami aja, berjalan dengan sendirinya. Dibantu dengan doa gue, itu baru usaha yang benar."
"Udahlah, intinya sama aja elo harus minta nomor hape Bakinza dulu," sergah Arga.
"Betul itu ...," sambung Yahya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAKINZA-Takdirku Bersamamu
Lãng mạnAllah tidak menguji cinta seseorang, Allah hanya menguji hatinya. Sejauh dan semampu manakah ia sanggup bertahan. --------------- Di saat cinta telah menetap, di saat rindu sudah dibelenggu dalam penantian panjang. Bagaikan petir yang menyambar, Bak...