TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•
▪
▪
▪
▪Hari minggu berlukiskan abu, pagi yang semua orang harapkan cerah namun kini berbanding terbalik. Awan mendung menghiasi membentuk gumpalan yang siap menjatuhkan isinya ke bumi. Dan kini berkah itu turun menjadikan udara dingin menyelimuti.
Gadis berlesung pipi itu memperhatikan riak hujan yang turun, nikmat Allah mana lagi yang kamu dustakan? Banyak orang yang mengumpat jika berkah Allah ini turun, padahal banyak di kota-kota sana yang sulit sekali mendapat berkah ini hingga terjadinya kekeringan yang melanda. Jangan sambut berkah Allah ini dengan umpatan namun sambutlah dengan senyuman, syukuri dan nikmati karena hujanpun turun melalui kuasa-Nya yang sudah pasti banyak manfaat setelahnya.
"Allahumma Shoyyiban nafi'an." ucapnya dengan lirih setiap hujan turun.
Hujan sering sekali dikaitkan dengan kenangan. Hadirnya ada yang mengingatkan pada masa yang menyakitkan atau mengingatkan masa yang membahagiakan. Itulah kehidupan pasti akan selalu berkaitan dengan makhluk-Nya atau ciptaan-Nya seperti hujan.
Dan kini setiap hujan turun membangkitkan kembali kenangan-kenangan yang diisi oleh rasa rindu. Gadis itu menghembuskan napas panjang.
"Hujan. Dirimulah yang menjadi saksi bisu akan rasa yang menggebu kala itu, dan dirimulah yang menjadi saksi bisu akan rasa yang mengharu biru kala ucap perpisahan terucap dari bibir pria itu."
Bolehkah ia berharap untuk kali ini saja rasa rindu itu hilang bersama dengan angin yang tak tentu arah itu?
🌷🌷🌷"Za, kamu mau ikut Umi belanja bahan dapur atau berkeliling?" tanya Halimah sampai di pintu depan minimarket yang berada di dalam mall.
Setelah puas memandangi hujan di kamar dan membantu Uminya membereskan rumah. Kali ini ia diajak oleh Halimah berbelanja atau sekedar berkeliling di Gandaria City Mall.
"Aku mau keliling-keliling aja, deh, Mi."
Halimah mengangguk, "nanti Umi kabarin kalau udah selesai, ya."
"Iya, Mi. Assalamu'alaikum," Bakinza menyalimi tangan Halimah.
"Wa'alaikumsalam. Awas jangan sampe hilang," Halimah terkekeh. Bakinza hanya tertawa seraya memberikan jari jempolnya.
Langkah kaki Bakinza terus berjalan tanpa tahu arah tujuan, netranya hanya melihat-melihat sekelilingnya. Terkadang ia geleng kepala saat menemui kerumunan anak muda-mudi remaja yang jalan berpasangan dengan yang bukan mahramnya.
"Kalau aku jadi Kakaknya mah. Udah aku jewer habis-habisan. Aku kerem di kamar," gerutunya pelan dan kini semakin jauh melangkah. Kini netranya mellihat gamis-gamis yang terpampang di depan matanya.
"Duhh ... bikin ngiler aja, deh. Pengen semuaaaaa, huhu."
Di setiap apa yang ia lihat pasti selalu ia komentari sampai membuat perutnya keroncongan. Bakinza mencari tempat makan yang sekiranya murah meriah.
"Hih, inimah restoran mahal semua. Iya juga, sih, ini kan aku di lantai paling atas, ya. Gak kerasa aja langkahku sejauh ini. Yaudah deh, aku turun aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
BAKINZA-Takdirku Bersamamu
RomanceAllah tidak menguji cinta seseorang, Allah hanya menguji hatinya. Sejauh dan semampu manakah ia sanggup bertahan. --------------- Di saat cinta telah menetap, di saat rindu sudah dibelenggu dalam penantian panjang. Bagaikan petir yang menyambar, Bak...