■S A T U■

6.9K 302 69
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•




Tatapan ini sungguh sederhana tapi bisa membuatku lebih bahagia.

🌷🌷🌷🌷🌷


Adzan shubuh berkumandang membangunkan kembali wanita berlesung pipi yang sebelumnya terbangun saat akan melaksanakan sholat malam. Selimut yang memberi kehangatan ia sibakkan, tak lupa doa ia ucapkan. Dan kini saatnya menyiapkan diri untuk hari yang akan terus ia jalankan.

Usai melakukan rutinitas pagi, kini saatnya ia pamit pada kedua orang tuanya, "Abi, Ummi. Kinza pamit kuliah ya. Assalamu'alaikum," dicium tangan kedua orang tuanya dengan tadzim.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah," kedua orang tuanya menjawab bersama.

Halimah menatap kepergian anak perempuannya, "tidak terasa ya, Abi. Putri kita sudah beranjak dewasa."

Latief menatap lembut istrinya, "ia Ummi, lagipula Putri kita, kan. Normal," ucapnya diakhiri tawa.

------------------------------

"Bakinza Arwaa Badriyah," panggil Eshal Alfirani, sahabatnya.

Cepat-cepat Bakinza menyahuti panggilan Eshal. Jika Eshal sudah memanggil dengan nama lengkapnya, itu menandakan ia kesal.

"Apa, Eshal-ku?" Tanyanya, halus.

Eshal menghela napas, dirinya kesal pada Bakinza karena terlalu sibuk mencatat. Namun, rasa kesalnya hilang karena kehalusan dan kelembutan Bakinza dalam bertutur kata.

Sebelum berkata, Eshal bergerak kikuk lalu berdehem, "kamu ada niatan menikah muda?"

Awalnya Bakinza terkejut mendapat pertanyaan itu, seakan mengerti, bibirnya melengkung. Lalu berkata, "Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, dan Allah juga yang mempertemukan. Tidak ada seorang pun yang tahu siapa, kapan dan dimana Allah mempersatukan. Jadi, untuk itu aku tidak berprinsip menikah muda atau tua. Aku pasrahkan semua pada Allah, dan tugasku hanya memperbaiki diri, memantaskan diri dan menunggu."

Eshal mengangguk paham, juga selalu terkesima atas jawaban-jawaban Bakinza. Sejurus kemudian keningnya mengernyit, "tapi, Za. Jika ada yang melamarmu, sedang kamu masih menempuh pendidikan. Apa yang kamu putuskan?"

Bakinza tersenyum, lalu berkata, "aku memiliki sejuta prinsip dalam hidup, salah satunya ialah mengedepankan kebahagiaan kedua orang tua dan pendidikan. Jika memang ada yang melamarku sedang aku masih kuliah, aku akan memintanya untuk menunggu sampai masa kuliahku usai. Mungkin itu pertanda jika ia jodohku, tapi dengan aku meminta ia menunggu itulah yang akan memastikan. Jika dia menunggu berarti memang benar, tapi jika tidak. Bisa jadi ia jodohmu."

"Kok, jodohku?" Tanya Eshal.

"Aku bilang, bisa jadi," ucapnya, lembut.

Eshal tersenyum malu, "o, maaf."

Bakinza mengangguk, kemudian bertanya, "mengapa kamu bertanya mengenai hal itu?"

"Aku lihat di sosmed, banyak anak remaja, bukan remaja saja. Tapi yang berumur di bawah dua puluh tiga, memutuskan untuk menikah muda. Yang menjadi pertanyaan bagiku itu, mereka menikah atas dasar apa? Cinta sudah pasti. Tapi, apakah untuk ibadah atau hanya ikut-ikutan?"

"Kamu tidak akan mendapatkan jawaban paling mutlak, walaupun kamu bertanya pada mereka yang memutuskan menikah muda. Bisa saja mereka berbohong, yang paling tahu isi hati manusia hanya Allah saja, melebihi dari diri kita dan orang lain. Jadi, kalau aku berhusnudzan saja, aku tidak mau menduga-duga yang pada akhirnya akan bersuudzon. Malah dapet dosa, dan lagi mungkin itu yang terbaik mennurut mereka. Dan setiap insan pasti memiliki pilihan atas hidupnya sendiri," Jelasnya.

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang