■S E M B I L A N■

2.2K 130 21
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•




Adegan manis Bakinza-Raffa dimulai nih ... 😄

Cuaca mendung menjadikan udara menjadi dingin, sinarnya matahari tertutupi oleh awan hitam yang menyelimuti. Pagi ini tepatnya di sebuah tempat biasa Bakinza menunggu angkutan umum, hati Bakinza resah karena perlahan mendung semakin mendominasi ditambah tidak ada satu mobil angkutan pun yang lewat.

Bakinza melirik arloji di tangan kirinya, matanya melotot melihat jarum jam yang menunjukkan pukul 08.43. Sebentar lagi mata kuliahnya akan dimulai, ia menggigit bibir bawahnya, panik.

Saat Bakinza panik memikirkan bagaimana caranya untuk menuju kampus, tiba-tiba saja terdengar suara petir dan hujan turun membasahi roknya di bagian bawah. Bakinza lebih menepi ke dalam.

Dikejauhan Raffa sedang berteduh dan melihat sosok Bakinza yang sedang berdiri bersama orang lain yang menunggu. Ia tahu bahwa sebentar lagi mata kuliahnya pun akan dimulai, jadi dengan cepat ia menyalakan mesin motornya dan menerobos air hujan untuk sampai pada tempat Bakinza.

Bakinza melirik sekilas pada si pengendara memakai helm yang menepikan motornya di bawah pohon, lalu kembali menatap jalanan berharap ada mobil angkutan namun nihil. Bakinza menipiskan bibirnya.

"Masa iya, aku libur lagi. Hm, hujannya tambah deras," gumamnya. Aroma petricor menggelitik indera pengendusnya, sedikit menenangkan. Tidak lupa Bakinza membaca doa ketika turun hujan.

Dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,

إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ  اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”. (HR. Bukhari no. 1032)

Ibnu Baththol mengatakan, ”Hadits ini berisi anjuran untuk berdo’a ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan.” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 5: 18, Asy Syamilah)

Bakinza melihat kembali arlojinya, sudah telat 15 menit. Bakinza menghela napas, "hah ..."

Untuk mengusir rasa bosannya ia bersholawat dengan intonasi pelan, lalu tangannya memainkan gawil-gawil yang terdapat di tas selempangnya. Sedari tadi Bakinza tidak menyadari keberadaan Raffa di sampingnya, Raffa sendiri terus memperhatikan Bakinza dari samping, Raffa hanyut dalam pesona Bakinza. Suara hujan tak menutupi suara indah Bakinza menyenandungkan sholawat, dan segala pergerakannya membuat hati Raffa berdesir.

"Manis ...," ucap Raffa tanpa sadar.

Bakinza melihat ke samping kirinya, dimana asal suara itu terasa dekat di telinganya. Alangkah terkejutnya ia mendapati wajah rupawan yang selalu menawan dalam pandangannya. Wajah yang selalu muncul tanpa diminta membuat pipinya merona.

Dengan tersipu Bakinza berseru, "Raffa."

Namun alis Bakinza menyatu kala Raffa masih berpaku, Raffa bengong liatin wajahku? Tanpa tahu benar atau tidak Bakinza menerka yang membuat hatinya bahagia.

Suara petir yang menggelegar membuat Raffa tersadar, ia mengerjapkan mata kala netra bersitubruk dengan Bakinza. Seperti tertangkap maling sesuatu Raffa gelagapan tak menentu, ia baru sadar sedari tadi dirinya memandangi wajah ayu Bakinza dan kepergok oleh Bakinza. Rasanya Raffa ingin membasuh wajahnya dengan air hujan, karena sungguh pipinya memanas.

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang