■DUA-PULUH-TIGA■

2.5K 135 9
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•




⚠Baper Area⚠

Happy reading!

Faraat menyiapkan diri untuk mengatakan sesuatu yang membuatnya bersemu, ia pun menarik napas dan mengalihkan wajah saat ingin mengatakan.

"Bakinza i-itu ... bajumu-

Bakinza terkesiap dan menutup dadanya, "bajuku kenapa?!!"

"Ehm," Faraat berdehem canggung, "bajumukan besar. Apa gak sebaiknya kamu ganti dengan yang lebih santai?"

Bakinza yang sedari tadi menahan napas dengan kasar mengembuskan. Ia meneliti pakaiannya, benar baju pengantin masih melekat. Pantas saja ia merasa kegerahan.

"Mending kamu dulu yang ganti. Takut kelamaan nunggu aku," ucapnya.

"Baiklah."

Selama menunggu sang suami selesai, Bakinza melepas segala pernak-pernik yang ada di hijabnya. Lalu ia melepas mahkota bermatakan berlian biru, ini sungguh mahkota asli, bukan palsu. Mahkota ini pemberian dari Faraat.

"Pasti mahal ... jual aja kali, ya?" Bakinza terkikik geli. Bakinza hendak melepas jilbabnya namun ia urung, ia teringat bahwa di sini ada Faraat.

Suara pintu terbuka keluarlah Faraat dengan memakai kaos pendek dan celana pendek selutut. Bakinza melihatnya sedikit terpana karena sungguh rambut berantakan menambah ketampanan dan kesan cool.

Tetap aja dia itu nyebelin ... arghh!!

Bakinza berjalan tanpa menghiraukan Faraat yang menatapnya.

"Za ..."

Saat akan memasuki kamar mandi ia terhenti dan berbalik badan, "kenapa?"

Faraat berdehem, "emang kamu bisa?"

Dua alisnya menyatu, "bisa apa?"

"Itu ... nurunin resleting. Kan susah."

Bakinza tersentak. Ia mengalihkan padangan, iya, ya. Aku lupa. Duhh, gimana ini?

"Bisa kok! Kata siapa susah?!" setelah mengatakan itu ia langsung masuk dan menutup pintu dengan keras. Ia memegangi dadanya yang berdebar cepat, pipinya memerah panas, "aku tahu banget, pasti si Tuan ugal-ugalan itu bilang kayak gitu supaya mengambil kesempatan dalam kesempitan. Huh, tanpa bantuan dia aku bisa, kok."

Namun seberapa keras usahanya untuk menurunkan resleting di punggung tetap saja tidak berhasil. Bakinza mengggit bibir bawahnya, "duhhhh ... susah, lagian kenapa resletingnya harus di belakang, sih, bukannya di depan aja?!" Bakinza menunduk lesu, "terus ini gimana? Masak iya aku harus minta bantuan dia? Gak mauuu!!"

Bakinza menepuk jidat, "o, iya, kenapa aku gak minta bantuan Ummi saja, ya."

Bakinza menormalkan air muka lalu membuka pintu dan mendapati Raffa yang langsung melihatnya saat sedang membereskan pakaian.

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang