■DUA-PULUH■

2.5K 158 43
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•




"Maa syaa Allah, kayfa haluk?"

"Alhamdulillah, bi khayr, Fat"

"Lo kenapa gak ngabarin gue mau pulang ke tanah air?" tanyanya setelah menyeruput kopi yang masih mengepul.

"Siapa elo yang harus gue kabarin?" candanya yang membuat Fatih jengkel.

"Gue calon kakak ipar elo!" cetusnya yang membuat pria itu tertegun.

"Lo restuin gue, Fat? Lo nerima gue?" ucapnya terdengar antusias.

Fatih mengulum senyum. Hatinya bahagia ada pria yang sangat serius untuk menghalalkan adiknya, dialah pria di hadapannya. Pria yang tho the point mengatakan langsung padanya ada rasa getar di dada saat pertama melihat adiknya di layar ponsel, pertemuan singkat lewat video call tak sengaja itu membuatnya langsung jatuh cinta pada Bakinza.

Fatih sangat senang mendengar pengakuannya karena sungguh Fatih memang sangat ingin melihat adiknya bersanding dengan sahabatnya. Fatih sangat tahu seluk-beluknya yang seratus persen dia berasal dari keluarga yang paham agama.

"Gue jujur nih, dari dulu emang gue berharap banget lo yang bakal jadi imam adik gue. Gue seneng lo ngakuin itu ke gue. Itu menandakan lo emang bener serius dan cinta ke adik gue karena Allah. Dan gue salut sama elo, setelah gue kasih tau perihal perasaan adik gue yang udah cinta sama pria lain, lo tetep bertahan sebelum adik gue terikat dalam ikatan sakral. Dan gue tau alasan lo ke sini buat bicarain niat baik lo yang sempat tertunda, kan?"

Pria di hadapannya mengangguk cepat dan menunjukkan cengiran lebarnya. Rasa syukur terdengar lirih dan wajah tampannya tampak lebih berseri.

Fatih tersenyum miring, "jangan terlalu terbang tinggi! Lo belum ketemu sama abi dan Bakinza. Keputusan pasti ada di Bakinza, tapi lo jangan terlalu cemas karena gue yakinin satu hal pasti abi sreg sama lo dan dia percaya ke elo. Tapi gue gak tau nanti apa putusan Bakinza, namun setidaknya nanti gue bicarain ini sama dia."

"Apapun nanti jawabannya itu semua sudah kehendak dari-Nya. Ya ... tapi gue ada harapan di elo, Fat. Gue seneng banget lo percayain dia ke gue. Itu sungguh penghormatan yang sangat luar biasa. In syaa Allah, Fat. Jika nanti khitbah gue diterima. In syaa Allah, semaksimal mungkin gue akan teladani sikap dan cara memperlakukan istri sesuai dengan ajaran Rasul."

Fatih tersenyum haru karena mendengar keseriusan sahabatnya. Sebagai seorang kakak, ia ingin adik tercintanya jatuh pada pria baik dan tentunya seiman dan seagama. Sempat Fatih merasa kecewa pada dirinya sendiri perihal kejadian yang dua minggu telah lalu itu, namun setelah mendengar penjelasan Bakinza rasa amarahnya pada Raffa sedikit menghilang. Ia juga tak bisa sepenuhnya menyalahkan karena ini menyangkut permintaan mendiang ibu Raffa dan tentu ini takdir Allah, Qadarullah.

"Gue percaya kok. Dan ... kapan lo mau nemuin abi gue?" tembak Fatih langsung ke inti. Karena ia tidak ingin menunggu lama kabar baik ini, sungguh ia ingin Bakinza bahagia kembali yang In syaa Allah melalui sahabatnya yang merupakan takdir adiknya.

Meletakkan tangan di atas meja dan memandang Fatih serius, ia berujar mantab, "in syaa Allah. Minggu depan tepatnya hari jum'at, Fat. Tapi gue perlu kabar lo juga takutnya jum'at depan Om Latief gak bisa."

"Untuk urusan itu tenang aja. Kan nanti gue bilang terlebih dahulu ke abi."

Tersenyum lebar, "oke, Fat. Gue gak sabar Fat untuk menjemput cinta halal itu."

Dan Fatih hanya tertawa pelan saja menanggapinya.

Semoga saja lo emang yang ditakdirkan Allah untuk adik gue.

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang