TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•
▪
▪
▪
▪
▪Happy reading:)
"I can see that in your eyes"
-Faraat-
🍁
Sarah mendial nomor Faraat berniat memberitahu apa yang terjadi pada istri atasannya. Dirinya tidak tega melihat Bakinza meringis pada saat berjalan tadi. Demi apapun, Faraat akan marah nanti jika hal penting seperti ini tidak diberitahu lebih awal.
Dua kali Faraat tidak mengangkat panggilannya. Sarah mengucap basmalah sebelum mendial kembali untuk yang ketiga kalinya.
"Halo. Assalamu'alaikum. Ada apa, Sar? Maaf saya baru saja selesai meeting."
Sarah bernapas lega. "Wa'alaikumsalam. Begini, pak. Saya ingin bapak menjemput bu Bakinza di rumak sakit kare--
"Apa?! Rumah sakit?! Bakinza kenapa, Sar?" Terdengar suara Faraat yang naik satu oktaf karena panik.
"Bu Bakinza terjatuh, pak, hingga pingsan. Tapi Alhamdulillah, tidak ada luka yang parah."
Helaan napas lega terdengar di sana. "Syukurlah ... sekarang kamu share alamat rs nya!"
"Siap, pak!"
🍁🍁🍁
"Bakinza ..."
"E-eshal?" suara Bakinza seperti tercekik. Dilihatnya penampilan Eshal dari bawah hingga pada saat di perut...
Matanya terpaku pada perut Eshal yang menonjol.
Eshal mengikuti arah pandang sahabat--ah, ia tidak tahu apakah dirinya masih pantas disebut sahabat--. "Aku hamil, Za," ucapnya pelan dan gugup.
Bakinza terdiam sejenak, ia tidak merasakan sakit pada hatinya. Hanya perasaan terkejut saja saat bertemu Eshal dan mendapati Eshal sedang berbadan dua.
Bakinza tersenyum pada Eshal, ia menepuk sisi sampingnya. "Duduklah, Shal."
Dengan canggung Eshal duduk di samping Bakinza. Keduanya sama-sama terdiam merasakan perasaan yang sama ingin memeluk.
"Apa kabar, Shal?"
Eshal tersenyum canggung. "Alhamdulillah, sehat wal 'afiyat."
"Syukurlah. Kamu ... lucu karena gendut." Bakinza mencoba mencairkan suasana yang canggung tadi. Bakinza tidak pernah marah pada Eshal, ia hanya sangat kecewa. Dan Bakinza tidak pernah memendam dendam. Ia sudah memaafkan Eshal. Karena ia bersyukur mendapat pengganti Raffa yang jauh lebih dari Raffa.
"Kamu ... gak marah?"
Bakinza menyatukan dua alisnya. "Sebab apa aku marah?"
Eshal berkata dengan hati-hati. "Semuanya. Termasuk ini." Eshal memegang perut buncitnya.
Bakinza menarik napas panjang saat akan berkata. Jujur saja masa-masa itu kini berputar di kepalanya dan itu membuatnya sesak. "Huhhh ...," Bakinza menggeleng seraya tersenyum. "Aku marah pada diriku sendiri, Shal. Aku gak pernah marah sama kamu dan Raffa, aku marah pada diriku sendiri karena pada saat itu, aku marah pada takdir Allah. Kamu pasti tahu sendiri, Shal, apa yang aku maksud." Bakinza menghapus air mata yang tiba-tiba saja jatuh tanpa diminta. Ia tertawa sumbang, "ahaha ... duhh dasar ya perempuan memang cengeng. Udah ah jangan inget-inget lagi masa lalu. Sekarang kan kita udah punya kebahagiaan masing-masing. Apalagi kamu, tuh calon bayimu."

KAMU SEDANG MEMBACA
BAKINZA-Takdirku Bersamamu
RomanceAllah tidak menguji cinta seseorang, Allah hanya menguji hatinya. Sejauh dan semampu manakah ia sanggup bertahan. --------------- Di saat cinta telah menetap, di saat rindu sudah dibelenggu dalam penantian panjang. Bagaikan petir yang menyambar, Bak...