■side story Eshal■

2.5K 109 11
                                    

Penuh emosi

Selamat membaca!

"Bakinza ..."

Apa harus selalu seperti ini? Desahmu memanggilnya sungguh bagai godam palu yang menimpa kepalaku. Apa artiku bagimu, Mas? Apa arti dari kehamilanku ini, Mas? Apa sebegitu berartinya dia sampai-sampai dalam tidurmupun nama dia selalu kau sebut?

"Kinza, maafkan aku, Za."

Kata apalagi yang harus aku jabarkan selain sakit? Hatiku sangat sakit, sesak, perih, bagai tersayat oleh pisau. Tergores namun tidak berdarah.

Kupandangi raut wajah suamiku yang begitu gelisah, tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain membelainya lembut sambil membisikkan kata-kata penenang.

Aku selalu menyiapkan hati jika malam sudah datang, itu berarti aku akan menghadapi dan merasakan luka itu kembali.

Sampai kapan ini berakhir? Belum lama luka itu perlahan menghilang, namun malam-malam datang luka itu hinggap kembali.

"Shal, kamu menangis?"

Ah... bodoh sekali aku menangis di depan wajahnya, sudah pasti air mataku yang membangunkan ia.

Buru-buru aku menegakkan punggungku dan mengelap cepat pipiku yang basah.

Spring bed bergoyang seiring ia bangun dan duduk menyamping ke arahku.

"Kamu kenapa, hm?"

Aku tidak tahu, Mas, apakah kelembutanmu itu murni dari hati atau kepura-puraan saja?

"Aku hanya terharu saja, Mas, tidak menyangka janji kamu untuk menikahiku terjadi."

Kamu bertambah mempesona, Mas, saat keadaan matamu yang sembab menahan kantuk, ditambah senyum manismu  yang selalu membuatku jatuh cinta lagi dan lagi.

Tapi... lagi... apakah senyummu itu murni atau kepura-puraan saja?

"Ya ampun ... sebelumnya kamu gak pernah bertingkah kayak gini, lho. Mungkin karena efek hamil kali, ya, jadinya kamu ngegemesin gini. Istri siapa, sih, kamu, hm?"

Rasanya hambar ketika ia berucap seperti itu. Mungkin, jika ia mengatakan dengan ketulusan, aku akan merasakan bahagianya.

"Mas!" Aku menghentikan gerakan ia yang akan menyesapi manis di bibirku.

"Kenapa?" Napasnya terdengar berat, namun aku menguatkan hati untuk melawan rasa inginku juga untuk memadu kasih dengannya.

"Aku ingin bertanya."

"Satu pertanyaan, satu kecupan."

Ya Rabb... wajah tengilnya itu melemahkan tekad hatiku.
Tidak! Kamu harus kuat, Eshal!

"Mas ... aku serius." Aku harus menegaskan ini semua, harus! Demi buah cinta kami.

"Oke, oke. Everything for you."

Everything for you, ya?

Everything is bullshit!

"Mas Raffa mencintaiku?"

"Haha, dikira mau tanya yang serius, contohnya; 'Mas Raffa lagi pengen jatah, ya?' Eh, ternyata nanyain soal perasaan. Gini, ya, Sayang ... kalau aku gak cinta sama kamu, gak mungkin aku nikahin kamu. Gak mungkin juga, nih, perut kamu melendung. Kamu nanyanya aneh, deh."

Memang, ya, isi otak laki-laki itu kebanyakan mesumnya! Terserah kamu saja, deh, Mas!

"Mas nikahin aku gak terpaksa, kan, karena permintaan mendiang ibu, Mas? Dan Mas betul-betul cinta sama aku, kan?"

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang