■T I G A■

3K 173 28
                                    

TAKDIRKU BERSAMAMU
°•°•°•°•°•




Cinta yang merupakan anugrah Allah wajib disikapi dengan diungkapkan menggunakan kalimat indah dan menenangkan, tentu tidak pantas jika cinta disampaikan dengan cara yang kasar atau bahkan dengan menyakiti. “Yakni perindah ucapan kalian terhadap mereka (istri) dan perbagus perbuatan dan penampilan kalian sesuai kadar kemampuan”.
(Al Hafidz Ibnu Katsir)

🌷🌷🌷🌷🌷


"Kamu serius, Le?" Tanya Parjo, bapak Yahya. Setelah makan malam bersama selesai, Yahya meminta keluarganya untuk berkumpul di ruang tamu. Yahya ingin mengutarakan niatnya melamar Bakinza.

Parjo menatap istrinya meminta saran. Parjo bimbang, usia Yahya masih sangat muda. Juga masih dalam masa kuliah, bukannya meragukan sifat kedewasaan Yahya. Kedudukan Parjo sebagai orang tua hanya takut saja mental anaknya tidak sejalur dengan kedewasaannya.

Pernikahan bukan hanya persoalan cinta dan kasih sayang semata. Lebih dari itu, islam mengajarkan agar pernikahan menjadi sakinah mawaddah warahmah.

"Tapi, Le. Umur kamu itu masih sangat muda dan kamu masih dalam masa kuliah. Bapak hanya khawatir saja, apa kamu nantinya bisa menjalankan pernikahan. Pikirkan baik-baik, Nak," terang Parjo.

Yahya memejamkan matanya, ia tidak akan menyerah untuk meyakinkan bapaknya. "Pak, Yahya sudah pikirkan ini matang-matang. Bapak tidak usah risau masalah ke depannya bagaimana, Yahya bisa menjamin kehidupan rumah tangga nanti. Lagipula Yahya memiliki usaha kedai coffe. Usaha itu makin ke sini, makin meningkat, Pak. Niat Yahya sudah bulat, lurus untuk beribadah pada Allah.

Usia tidak menjadi penghalang, Pak, dalam sebuah pernikahan. Dan bukankah Bapak lebih tahu apa hukumnya jika melarang anaknya untuk menikah, sepertinya bukan Yahya yang harus memikirkan. Tapi Bapak," Yahya menyenderkan badannya pada kursi sofa. Perasaannya mencuat kesal pada bapaknya, Yahya berusaha meredam emosinya dengan terus beristighfar.

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah tatkala ditanya : ” Bagaimana hukum orang tua yang menghalangi anaknya yang sudah kuat (keinginannya) untuk menikah tetapi mereka masih menyuruh anaknya melanjutkan kuliah?” Maka beliau menjawab: ” Tidak diragukan lagi bahwa orang tuamu yang melarangmu (menikah padahal kamu) sudah siap menikah hukumnya adalah haram. Sebab, menikah itu lebih utama dari pada menuntut ilmu, dan juga karena menikah itu tidak menghalangi untuk menuntut ilmu, bahkan bisa ditempuh keduanya. Jika kondisimu demikian wahai anak adam! Engkau bisa mengadu ke pengadilan agama dan menyampaikan perkara tersebut, lalu tunggulah keputusannya.” (Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin)

Sementara Parjo memijit pelipisnya, ia merasa pusing atas permintaan putranya untuk menikah. Di sisi lain Parjo merasa bangga pada Yahya karena berani untuk meminang wanita yang dicintainya, tapi di sisi lain juga Parjo merasa ragu, takut dan bimbang.

Parjo menghela napas, "hahh..," kemudian berkata, "Le, jika niatmu sudah bulat dan tekadmu kuat. Bapak mengizinkan kamu untuk melamar. Tapi, Nak. Ada satu hal yang ingin Bapak tanyakan padamu."

Yahya mengulas senyum lebar dan segera menegakkan badan kembali, "tanyakan saja, Pak."

"Apa wanita yang akan kamu lamar, mencintaimu?" Tanya Parjo.

Seketika raut wajah Yahya berubah, pucat. Yahya melupakan satu hal yaitu tentang perasaan Bakinza pada dirinya. Ia tidak tahu apakah Bakinza memiliki perasaan yang sama dengan dirinya. Rasa takut ditolak lagsung meliputi dirinya.

Bagaimana jika di hati dia  sudah terisi oleh nama orang lain?

Dan bagaimana jika lamaranku ditolak?

BAKINZA-Takdirku BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang