43. Mundurkan Rekamannya.

51 1 0
                                    

"Kau bertanya pada orang yang tepat, anak SD," kata penjaga los pojok. "Benar kalau UD Keluarga Komaru berpusat di Bandung, lebih tepatnya Pasar Induk Caringin, los pojok juga. Bisa dibilang, los pojok adalah ciri khas UD Keluarga Komaru. Pojok depan kanan, dekat simpang jalan. Mungkin itu sebabnya, pada masa jayanya, pendapatan UD Keluarga Komaru naik signifikan. Itu dulu, sebelum pecahnya perang besar,"

"Perang besar preman di Kota Bandung melemahkan kontrol UD Keluarga Komaru terhadap cabang usaha mereka di sini, ibu kota. Pasar Senen," Detektif Husin tidak bisa diam saja jika dihadapkan pada informasi baru, hampir pasti deduksinya berlaku. "Sehingga los pojok ini diserahkan pada kalian, preman pasar,"

Penjaga los pojok mengangguk sekali. "Nah, sekarang, untuk jual beli informasi yang adil, beritahu saya. Untuk apa kalian pakai informasi itu,"

"29 maret pagi, saluran televisi berita," Dini menyebutkan sumber informasi terlebih dahulu. "Apa kabar utama hari itu?"

"Kasus pembunuhan sehari sebelumnya. Jembatan Kali Angke, Distrik Tambora," penjaga los pojok menjawab sambil garuk kepala. "Ditutup tanpa diketahui siapa pelakunya. Pelaku menggunakan benda tajam, diduga ikut merusak rumah warga,"

Detektif Husin tersenyum tipis tidak simetris mendengar kesalahan sudut pandang berita. Anak SMA itu tahu kebenarannya, dan kerusakan itu sudah diperbaiki. Bukan pelaku tidak dikenal yang lemparan belatinya memecahkan kaca depan rumah Bu Nin, melainkan Chaira, korban kasus JKA.

"Saya juga nonton saat berita itu disiarkan, sesaat sebelum berangkat sekolah," kata Dini. "Korban berinisial C,"

"Ah, saya lupa yang itu," penjaga los pojok baru ingat. "Ada hubungannya dengan korban? Penyelidikan ulang?"

Kata Detektif Husin dalam hati, ini kurang bagus, penjaga los pojok langsung loncat ke kesimpulan. Semoga saja kali ini Dini bisa membalik kedudukan. Kalau tidak, semua penyelidikan yang sudah dilakukan sejauh ini akan jadi taruhannya.

"Sebentar, jadi begini-" Dini baru saja memulai penjelasan tapi kalimatnya belum lagi tamat.

"Cepat," tukas penjaga los pojok. "Saya mau tutup ini,"

Dini menarik nafas dalam-dalam lalu menghelanya. "Hari berita itu disiarkan, sekolah saya kedatangan murid baru, perantau asal Tasikmalaya. Teman masa kecilnya yang berinisial C sudah lebih dulu merantau ke ibu kota. Yang jadi perkara, si inisial C itu berasal dari Keluarga Komaru,"

"Keluarga Komaru, di Tasikmalaya?" Penjaga los pojok garuk kepala. "Jangan bilang kalau perang besar preman di Kota Bandung dilatarbelakangi perpecahan Keluarga Komaru, karena itu masih belum jelas kebenarannya,"

"Memang belum jelas kebenarannya," Dini mengakui, kalau hal itu sih sepertinya Amat lebih tahu. "Tapi informasi itu digunakan untuk kepentingan terkait. Penyelidikan ulang kasus JKA, mencari pelaku kasus itu yang sebelumnya ditutup tanpa diketahui siapa pelakunya,"

"Baiklah kalau begitu, tidak masalah," ujar penjaga los pojok sambil merapikan barang dagangannya. "Sampai sekarang, kami masih menjalankan cara kerja UD Keluarga Komaru, potong kompas. Memotong jalur dagang hasil langsung ke petani, tanpa lewat tengkulak. Hasilnya kami punya koneksi yang kuat dan harga yang cukup bersaing, sehingga UD Keluarga Komaru bisa berjaya dengan keuntungan per tahun yang terus meningkat,"

"Berarti bisa dibilang kalau los pojok Pasar Senen ini adalah representasi UD Keluarga Komaru?" Detektif Husin menyimpulkan.

"Kurang lebih begitu," penjaga los pojok menarik pintu geser lipat yang macet.

"Biar saya bantu," Detektif Husin mencari kerikil yang mungkin menghalangi rel pintu geser lipat.

"Apakah ada kabar tentang serikat preman di ibu kota Priangan selepas perang besar?" Dini mengulur waktu.

Kota Lingkaran Hening.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang