29. HP Samsung Android.

58 1 0
                                    

Mereka sesama perantau.

"Baik, sekian dulu penyelidikan malam ini," Detektif Husin merapikan dokumen serta barang bukti dua kasus penting di Distrik Tambora. "Ingat, di luar tidak aman. Jangan berjalan sendiri,"

"Itu berarti kita harus mengantar dua orang ini," Dini menunjuk Alif dan Saiful seraya menghela nafas pendek. "Hah,"

Kesel!

Karena alasan yang tidak dapat dijelaskan, Dini masih enggan berurusan dengan perantau asal Tasikmalaya itu.

"Bahas nanti saja ya," Noor sama Dini sudah biasa ngerti sama ngerti.

"Kita antar Alif dulu, dia rumahnya lebih dekat," Dini memberi saran.

Celakanya, Alif cari masalah.

Putra mahkota Keluarga Saputra itu malah geleng kepala.

"Secara tersirat," katanya. "Maksud Detektif Husin termasuk jangan bepergian dalam jumlah sedikit untuk jarak jauh. Karena itu, antarkan Saiful dulu,"

"Benar juga," Noor setuju.

Dini berkata kasar.

Selesai mengantar Saiful dan Alif, Dini sempat berpikir untuk cerita tentang masalahnya dengan Alif di sekolah tempo hari, masalah yang berlarut-larut belum terselesaikan. Tapi berhubung masih dekat rumah Alif, jangan sekarang.

"Hindari rumahku," Dini memberi isyarat agar belok kiri ke gang kecil.

Noor memimpin jalan.

"Kak Noor, tahu mata uang yang berlaku di internet?" tanya Dini.

"Bitcoin?" Noor lulusan akuntansi, tidak mungkin dia tidak tahu itu.

"Bu Nin kan kerjanya hacker, barangkali saja dapat uangnya dari sana, dari situs internet yang tidak sembarangan orang boleh jangkau," Dini berpendapat.

"Deep web?" Noor hanya tahu istilah itu, tidak lebih. "Kalau mau buka jangan di komputer pribadi. Buka di warnet saja, banyak virusnya,"

"Noor," Dini melirik ke kiri di pertigaan gang kecil menuju jalan belakang. "RM Padang Konco Ambo masih buka. Detektif Husin sepertinya merencanakan sesuatu,"

Noor tidak jawab, hanya angkat bahu.

Dini menilai situasi.

Rumah Alif sudah jauh.

Sempurna.

Saat yang tepat untuk cerita tentang apa yang harus diceritakan.

"Kak Noor masih ingat kalimat Alif yang sampai sekarang belum jelas maksudnya apa?" Dini bertanya lagi. "Tapi tidak bisa bohong, itu sangat mengganggu,"

"Jangan khianati arti namamu, Dini Safitri,"

"Sulit dimengerti, ya?" Noor garuk kepala.

"Tapi Kak Noor ngerti, kan?" Dini tanya balik. "Iya kan?"

"Yang aku ngerti, Alif tahu sesuatu yang kamu tidak tahu," kemarin juga Noor bilang begitu. "Tidak lebih,"

"Sebenarnya arti namaku mudah dimengerti siapa saja," Dini percaya.

"Awal yang suci," Noor mulai sadar, sampai saat ini Dini tidak pernah mengatakan secara langsung arti namanya. "Harus diselesaikan dan dijalankan dengan cara yang sama juga,"

Dini mikir sebentar, mencerna kalimat Noor barusan. "Jangan bilang kalau aku tidak tahu, aku tahu maksudmu, Noor,"

"Apa hayo?" Tahu begini, Noor diam saja.

Kota Lingkaran Hening.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang