46. Busur Silang Semi Otomatis.

50 2 0
                                    

"Jangan bilang kau tidak bawa gambarnya," Pak Saputra dengan mudahnya menjegal pembuktian Detektif Husin.

"Memang," Detektif Husin tidak mengelak. "Masalahnya, tempat saya menyimpan file itu sedang tidak bisa diakses, situasi sedang tidak kondusif,"

"Ya, hari sudah malam," Pak Sudar melirik jam dinding di dalam rumah.

"Angin mulai dingin," Detektif Husin menunjuk letak tulang pipinya.

"Sebaiknya lekas pulang," saran Pak Sunar.

"Hidup di ibu kota itu keras," kata Pak Saputra, padahal belum lama tinggal di ibu kota. "Malam harinya tidak bagus buat anak SMA seusiamu,"

Pak Saputra merujuk langsung pada Detektif Husin, oke!

Sekarang giliran Detektif Husin membalik kedudukan jual beli informasi. "Pak Kadirun kan tadi sudah tanya banyak, sekarang saya tanya sekali boleh?"

"Baiklah, sekali saja," Pak Kadirun setuju. "Habis itu kita bubar,"

"Pak Kadirun bawa map isi apa itu?" tanya Detektif Husin. "Saya mau lihat,"

"Nih," Pak Kadirun menyodorkan dokumen yang dibawanya pada Detektif Husin.

"Data pekerja pabrik bata Keluarga Saputra," Detektif Husin membaca judulnya. "Pak Komradski siapa ya?"

Alasan Detektif Husin menanyakan soal nama itu ada dua. Pertama, namanya unik. Kedua, letaknya pas di bawahnya nama Komaru dan Kaharu.

"Kalau tidak salah," Pak Saputra mengingat-ingat salah satu dari sekitar 100 pekerja di sana. "Komrad itu pekerja ceruk galian,"

"Wah, terima kasih pak," Detektif Husin mengembalikan map Pak Kadirun. "Terima kasih semuanya, Pak Sudar juga kopinya,"

"Tidak masalah, tidak usah bayar," Pak Sudar membereskan cangkir dan teko kopi.

Dari rumah Pak Sudar, Pak Kadirun pulang ke arah utara. Detektif Husin, Pak Sunar, dan Pak Saputra ke arah selatan.

"Jadi Pak Heryanto dan Bu Ninhacker itu teman SD Pak Sunar bukan?" tanya Pak Saputra sekali lagi.

"Aku tidak ingat," Pak Sunar garuk kepala. "Mungkin Kadirun ingat,"

Pak Sunar belok kanan ke arah gang sempit, akses menuju jalan raya Distrik Tambora. Kalau pulangnya lewat perempatan dekat kantor polisi jalannya memutar.

"Perasaanku tidak enak," kata Pak Sunar sesaat sebelum Detektif Husin masuk RM Padang Konco Ambo.

"Sepertinya belum lama ini ada seseorang yang lewat sini," kata Detektif Husin. "Datang dari utara, kembali ke utara,"

"Familier?" tanya Pak Sunar.

"Sepertinya pernah bertemu sekali dua kali," Detektif Husin mengingat-ingat. "Orangnya punya mobil losbak rongsok. Motifnya bepergian malam begini mungkin memeriksa sesuatu di kontrakan Bu Nin. Hacker amatir itu berencana membangun tingkat duanya dalam waktu dekat. Duluan, Pak Samsunar,"

Detektif Husin mulai memasak rendang untun nanti pagi sampai siang.

Sementara itu, di rumah Pak Sudar.

Pensiunan guru itu baru saja selesai mencuci teko dan cangkir kopi ketika jam dinding di rumahnya mengeluarkan burung hantu yang berbunyi kukuk dua belas kali, hari baru saja berganti.

"Sepertinya kau lupa, Samsunar," katanya seraya melihat kolong meja ruang tamu. "Map nilai kelas 6B ketinggalan di sini,"

Rumah Pak Sunar.

"Map nilainya ambil besok saja," guru SD Harapan 3 yang sempat berhenti mengajar itu menyetel jam weker lalu pergi tidur.

Kamis, 24 April 2014.

Kota Lingkaran Hening.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang