"Sergam, aku balik duluan," kata Rhanto.
"Lah, ngapa Rhanto?" Sergam tanya balik.
"Perasaanku gak enak," Rhanto seperti menyembunyikan sesuatu.
"Jangan bilang kakek dukun itu kasih perintah ke kamu lewat telepati," tebakan Sergam tidak meleset.
"Ada hal penting yang harus dibicarakan," jelas Rhanto. "Dan kau tidak perlu tahu,"
Whush!
Rhanto lenyap terbawa pusaran udara tak kasat mata.
Portal ruang.
Sudut Distrik Tambora.
"Datang juga kau, Nasser Gamal Toharun," sambut kakek dukun Toharun. "Kau dan Sergam beraninya ramean, gara-garanya kau tidak bisa melawan ethiu,"
"Ngomong langsung ke intinya ngapa?" Rhanto tidak sabaran.
"Apa senjata paling kau inginkan, calo kurus?" tanya Toharun.
"Belati kurang, revolver belum cukup?" Rhanto mikir sebentar. "Kloroform sudah tidak mempan pula,"
"Cepat ngapa?" gertak Toharun.
"Obat bius satu ini, dengan sifat mudah menguap dan mudah terbakar adalah generasi sebelum kloroform," Rhanto berujar lancar. "Dietil eter,"
Toharun memberi Rhanto Rp.20.000. "Dalam satu jam, kembali ke sini. Bawa sebotol air dan sekilo arang,"
"Mager," Rhanto malas gerak. "Antarkan aku ke PLTU Tanjung Priok, batu bara bisa jadi pengganti arang,"
"Pandai juga kau," Toharun setuju.
Tidak lama kemudian, Rhanto kembali. Sekilo batu bara sudah tersedia.
"Aku perlu balik sebentar ke minimarket seberang warung," Rhanto minta diantar lagi. "Beli air,"
Minimarket seberang warung.
Noor baru saja selesai memeriksa stok barang di gudang ketika mendapati Rhanto tidak hadir.
"Mana kawanmu yang kurus itu, Burhan?" tanya Noor.
"Entah, sedang pergi sebentar. Dia bilang ada perlu. Nanti juga balik," Sergam mengulur waktu. "Ada apa toh?"
Sudut rak minimarket.
Whush!
Rhanto datang.
"Hei, siapa bilang aku pergi sebentar?" Rhanto sadar kalau dia diomongin.
"Kau tadi," jawab Sergam seadanya.
"Bukannya jelas tadi aku di sudut?" Rhanto mencari pembenaran.
"Iya tuh," Noor setuju saja.
"Sudah, aku beli air!" Rhanto meraih barang yang dimaksud tanpa melihat, sudah hafal letaknya. "Jangan tanya kenapa,"
Selesai beli air, Rhanto keluar minimarket. Kembali ke sudut Distrik Tambora dengan jalan kaki.
"Benar kan apa kataku?" kata Sergam sembari merapikan meja kasir.
Toharun merapal mantra.
Shape shifter!
Disertai gelembung udara, campuran air dan batu bara itu berubah menjadi obat bius dietil eter.
"Cepat ditutup sebelum menguap," perintah Toharun. "Dan selesaikan tugasmu,"
"Lihat saja nanti, siapa yang hasilnya lebih bagus?" Rhanto bertanya, retoris. "Rhanto, apa Sergam?"
Pertigaan ujung jalan belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Lingkaran Hening.
FantasiKota. Tempat orang-orang senasib bersatu. Lingkaran. Peristiwa yang terulang kembali. Hening. Mengenang mereka yang telah pergi. Kota Lingkaran Hening. Rantau para penyaksi.