Jalan belakang Distrik Tambora.
"Sepertinya tidak perlu, Kak Noor," kata Dini sambil jalan. "Kalaupun perlu juga, jangan sekarang. Baik kita istirahat,"
"Kamu ada benarnya juga, Dini," Noor setuju. "Tapi kalau mau bahas soal, harus sebelum ujian nasional. Itu yang mesti kau waspadai, Dini, karena menentukan kamu bisa masuk SMP Harapan 5 atau tidak,"
Dini mengangguk sekali. "Ngomong-ngomong, Kak Noor, terkait daftar belanja yang dititipkan ke Detektif Husin itu, mau masaknya di kontrakan bagaimana? Kita kan tidak punya kompor, ada juga penanak nasi. Makanya itu yang bisa dimasak hanya mi instan goreng bungkus putih atau air panas untuk menyeduh minuman tertentu,"
"Tenang saja, Dini," kata Noor. "Itu bisa diakali. Yang penting di kontrakan ada lemari es, itu sudah sangat membantu,"
"Besok lusa, ya?" Dini menghitung hari kapan belanjaan Noor sampai. "Kalau bisa, lemari es sudah siap pakai sebelum itu,"
"Besok itu bisa diurus," kata Noor. "Percayalah, Dini Safitri,"
"Kak Noor tidak merasa ada yang aneh dengan jadwal belanja Detektif Husin?" tanya Dini. "Seperti tidak biasanya, gitu?"
"Setahuku jadwal belanja anak SMA hilang ingatan itu tidak menentu," kata Noor. "Bisa hari kerja, bisa juga hari libur. Eh, ada sih sesuatu yang janggal. Heran, aneh juga ya, kenapa tidak hari ini pesan besok sudah siap? Kenapa harus besok lusa?"
"Nah, di situlah ikan besarnya," Dini menjentik jari.
Cthek!
"Kamu tahu sesuatu tentang itu, Dini?" tanya Noor.
"Bukan Dini Safitri namanya kalau tidak tahu, Kak Noor, kalau bukan karena itu, mana mau sesorean aku nongkrong dekat RM Padang?" Dini tanya balik.
"Kau memata-matai Detektif Husin?" Noor menebak apa yang mungkin terjadi.
"Lebih tepatnya, pelanggan RM Padang yang datang tadi siang," jawab Dini. "Atau lebih tepatnya, siang menjelang sore,"
"Detektif Husin berencana melakukan sesuatu bersama mereka?" tebak Noor.
Dini mengangguk sekali. "Anak SMA hilang ingatan itu, diminta untuk mengawal ibu-ibu Distrik Tambora yang akan belanja ke Pasar Senen besok lusa,"
"Benar juga," pikiran Noor baru nyambung. "Kalau bisa sekali jalan saja belanjanya, kenapa harus dua kali?"
"Yang jadi pertanyaan," kata Dini. "Selang sehari yang diadakan Detektif Husin besok itu untuk apa, Kak Noor?"
"Mengurus persiapan tur sekolah?" Noor mengambil kemungkinan dari agenda terdekat Detektif Husin.
"Sepertinya tidak mungkin," Dini geleng kepala. "Mengingat hari ini dan beberapa hari ke depan, preman jalanan punya rencana sendiri untuk kepentingan mereka,"
"Kau masih ingat masa terakhir kali rapat gabungan pemegang tender ya, Dini?" tanya Noor.
"Ditambah lagi, kelihatannya hari ini aktivitas preman jalanan hampir tidak kelihatan di Distrik Tambora, Kak Noor," Dini punya alasan tersendiri.
"Jangan-jangan," Noor merisaukan kemungkinan kedua. "Itu?"
"Ya," jawab Dini. "Kasus JKA. Mengingat sampai saat ini aku masih ada masalah dengan Alif, sekiranya Kak Noor membantu Detektif Husin dalam kasus tersebut, apakah mungkin?"
"Sebelum pertanyaanmu itu tak jawab ya, Dini, tak tanya balik dulu nih," kata Noor. "Kamu itu sampai harus bantu Detektif Husin menangani kasus JKA, itu karena apa sih?"
"Oh, itu," Dini tidak heran. "Ada kawan saya yang namanya Akano, saya sudah kasih tahu dia soal alasannya,"
"Yakali saya harus cari orang itu?" tanya Noor. "Kasih tahu langsung sajalah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Lingkaran Hening.
FantasíaKota. Tempat orang-orang senasib bersatu. Lingkaran. Peristiwa yang terulang kembali. Hening. Mengenang mereka yang telah pergi. Kota Lingkaran Hening. Rantau para penyaksi.