Sementara itu di kantor pos Distrik Tambora, Pak Heryanto mulai lapar.
"Pak Saputra punya nomor hp RM Padang?" Pak Heryanto lagi males gerak, tadi pagi dia sudah banyak mengantar surat dan paket.
"RM Padang?" Pak Saputra mengalihkan pusat perhatiannya dari rak sortir paket. "Kalau ke sana pernah. Tapi minta nomor hp, sepertinya tidak pernah kepikiran, deh,"
"Ya elah," Pak Heryanto menyalakan data seluler di hp nya. "Terpaksa pakai e-mail,"
Pak Heryanto juga lagi eman paket internet.
Dan siang itu, tidak hanya Pak Heryanto yang pesan nasi Padang lewat e-mail.
Rumah Pak Sudar, kisaran jam 2 siang.
"Salamu alaikum," Pak Sunar mengetuk pintu. "Pak Sudar sibuk?"
"Ya," jawab Pak Sudar dari ruang tamu. "Masuk saja, tidak terkunci. Ada urusan apa, Samsunar?"
"Seperti kesepakatan kemarin," Pak Sunar membawa sejumlah kertas HVS dan karbon mesin fotokopi. "Setelah ada duit, apa yang sudah dipakai akan diganti,"
"Langsung taruh di gudang," Pak Sudar menunjuk ke belakang. "Jadi sampai berapa tadi hitungan rekening sekolah?"
"Ah, ya," Pak Sunar menyodorkan secarik struk pembayaran. "Ini bukti transaksi untuk kertas HVS dan karbon mesin fotokopi. Saya beli bukan hanya untuk ganti, tapi juga untuk stok,"
"Ya, sampai di situ," Pak Sudar memasukkan angka-angka di struk ke laporan keuangan, kas sekolah, untuk selanjutnya dicocokkan dengan saldo di rekening. "Soal ujian besok gimana, Samsunar?"
"Ini sudah siap, mau difotokopi," jawab Pak Sunar. "Pak Sudar sudah makan siang?"
"Belum," jawab Pak Sudar seraya berdiri dari kursi tamu yang empuk, pekerjaannya sudah selesai. "Waduh, beras habis nih. Lauk juga,"
"Jangan risau," Pak Sunar mengirim e-mail ke Detektif Husin. "Pesan antar saja dari RM Padang Konco Ambo,"
Pak Sunar juga menyertakan pesan, kalau warung Amat buka, sekalian beli beras sekarung - 20 kg. Uang menyusul dibayar kalau pesanan sudah diantar.
COD, cash on delivery.
Sementara itu, Amat meluncur ke kantor pos Distrik Tambora.
"Kamu murid SD Harapan 3 temannya Dini Safitri, ya?" Pak Heryanto bertanya pada Amat ketika pemilik warung sebelah RM Padang Konco Ambo itu masuk ke ruang tunggu pengiriman paket.
"Ya," jawab Amat. "Saya Amat,"
"Kamu kelas 5B berarti," Pak Heryanto tahu, karena tadi pagi sudah membaca biodata pendaftaran lima tahun lalu. "Kamu pasti datang mau tanya soal teman-temanmu di kelas seberang. Dan teman sebangkumu,"
"Bapak tahu kan ke mana mereka pergi?" tanya Amat langsung ke intinya.
Di luar perkiraan Amat, Pak Heryanto angkat bahu. "Menimbang bahwa kamu datang ke sini, itu berarti kamu dengar mereka bilang sesuatu tentang surat, ya?"
"Bapak ada mengantar beberapa surat pada mereka, kan?" Amat menanyakan sesuatu yang sudah jelas. "Apa isinya?"
Lagi, Pak Heryanto angkat bahu. "Bukan hak saya membaca isi surat itu. Kalau kamu mau tahu isinya, sepertinya kamu pernah bertemu orang yang menulisnya. Kakek-kakek yang biasa mangkal di sudut distrik. kamu pasti kenal orangnya kan, Amat?"
Tentu saja Amat mengenal kakek dukun Toharun, dia pernah ditugaskan Dini untuk memata-matai Serikat B sebelumnya.
"Meskipun saya kenal sama orangnya," kata Amat. "Sepertinya saya tidak bisa langsung tanya ke sana. Jangan bilang kalau terakhir kali bapak ke sudut distrik, di sana kosong,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Lingkaran Hening.
FantasyKota. Tempat orang-orang senasib bersatu. Lingkaran. Peristiwa yang terulang kembali. Hening. Mengenang mereka yang telah pergi. Kota Lingkaran Hening. Rantau para penyaksi.