Dini baru tahu sekarang, kalau gaji guru SD Harapan 3 bisa sebesar itu. Lebih besar dari apa yang dikira Dini biasa didapat tukang pos seperti ayahnya.
"Tidak perlu kaget seperti itu, Dini," Detektif Husin punya sudut pandang berbeda. "Angka tersebut belum dikurangi biaya listrik, kertas ujian, dan lain-lain,"
"Terutama lobi-lobi pihak pengatur dana BOS," Pak Sudar lebih tahu ke mana porsi terbesar uang SPP mengalir.
"Kotor ya tangan mereka yang bermain di sana," komentar Amat.
"Sekarang fokus ke masalahnya," Pak Sunar membuat tabel. "Dengan kondisi keuangan sekolah saat ini, bagaimana kas kelas bapak perlu tahu. Sifa, Tako, silakan jawab,"
"Kas kelas 6B," Dini membaca angka terakhir tutup buku. "Rp.300.000,"
"Besar juga," Pak Sunar sedikit heran. "Tapi kalau di absen kelas perasaan banyak huruf S, itu yang sakit tidak pernah dijenguk, ya?"
Kalau melihat absensi kelas, Pak Sunar menyangka kas kelas 6B berada di kisaran Rp.150.000, mengingat uang besuk biasanya sekitar Rp.50.000.
"Bukan begitu pak," Dini tidak bilang kalau di sana dia yang dibahas. "Tapi yang absen sakit ini lamanya dua hari, sementara di aturan mainnya kan tiga hari sakit baru dijenguk, wajar kali tidak ada keluar uang besuk? Untung anak baru itu tidak hadir,"
"Dini kenapa bawa-bawa nama Alif di sini?" Amat berbisik pada Detektif Husin.
"MSTKTS," jawab Detektif Husin.
Mana saya tau, kok tanya saya.
"Jadi selama setahun ini pengeluaran kas kelas 6B buat apa saja?" tanya Pak Sunar.
"Uang diam Doko dan Aryo, ganti bola pecah, sama nalangi ganti senter Alif rusak," Sifa membaca kolom kredit.
Yang terakhir itu sebenarnya tidak perlu dihitung, mengingat dana talangan tersebut sudah diganti dari iuran senter.
"Memangnya ada hal penting apa yang Doko dan Aryo tahu tapi kalian suruh mereka diam?" tanya Pak Sudar.
"Jadi begini," Dini menjelaskan apa yang terjadi. "Sehari setelah Pak Sunar berhenti mengajar, Doko dan Aryo maunya pergi membolos, tapi sama Saiful dilarang. Maka mereka buat kesepakatan uang diam itu, supaya Doko dan Aryo tidak membolos,"
"Hmm, boleh juga," Pak Sunar memaklumi. "Untung sekarang mereka tidak begitu lagi,"
"Tidak semua orang bisa kembali seperti dulu, Pak Sunar," Dini menyinggung masa lalunya ketika Doko dan Aryo belum kenal kata membolos.
"Sudah, sudah," Pak Sunar menghindari pembahasan yang tidak perlu. "Hal-hal personal dibahas di luar rapat saja ya, Dini. Sekarang Tako, dari kelas 6A, bagaimana keadaan kas kelas?"
"Rp.30.000, tapi di balik angka yang besar itu ada yang tidak beres dengan kelas 6A," Tako membuyarkan unek-uneknya selalu pengurus rangkap tiga. "Semua orang tertib bayar kas kelas, kecuali Sidak, ketua kelas. Dia bilang, tukarkan setiap lima bulan kas kelas dengan satu alfa, atau dia bakalan guncang aliran uang di Distrik Tambora,"
"Lima bulan kas kelas itu setara Rp.40.000," Dini menghitung. "Dan lama waktunya kentara, sudah direnvanakan dengan rapi,"
Kesepakatan sepihak Sidak terkait barter pembebasan bayar kas dengan absen alfa itu, sampai akhir tahun tidak akan jadi masalah untuknya, karena satu tahun ajaran setara 12 bulan dan alfanya tidak melebihi tiga hari.
"Usaha pangkalan rongsok yang dikelola anak SD ngeselin itu," Detektif Husin mengusap dagu. "Ada apa di sebaliknya?"
"Sesuatu yang besar, detektif," kata Tako yang memang badannya besar. "Landasan atas beredarnya Rupiah di distrik ini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Lingkaran Hening.
FantasyKota. Tempat orang-orang senasib bersatu. Lingkaran. Peristiwa yang terulang kembali. Hening. Mengenang mereka yang telah pergi. Kota Lingkaran Hening. Rantau para penyaksi.