42. Tadi Saya Dapat Pesan.

47 1 0
                                    

Detektif Husin menjawab optimis, dengan cara yang sama : tidak akan, percayalah.

Detektif Husin juga tahu, kalau Dini adalah tipe orang yang tidak gampang percaya.

"Ayo lanjut," Detektif Husin meninggalkan kantor pos.

Dini tetap pada tempatnya berdiri sampai Pak Saputra hilang dari sudut pandangnya.

"Ke mana?" Dini menyusul Detektif Husin.

"Tinggal lima lokasi. Rumah Alif, rumah Sifa, warung Amat, toko material, dan pangkalan rongsok," kata Detektif Husin. "Kamu maunya ke mana dulu?"

"Warung Amat belakangan," Dini tidak langsung menjawab pertanyaan Detektif Husin. "Terkait dua lembar berkas penting yang kutemukan di tas ransel Doko dan Aryo, aku ada urusan dengan Alif dan Sifa,"

"Langsung ke sana?" tanya Detektif Husin.

Kalau orang bilang perempuan itu susah ditebak, maka itu benar, Dini termasuk.

"Tidak, ke toko material dan pangkalan rongsok dulu," kata Dini. "Jalan kaki saja, apa Detektif Husin tidak mau bertanya tentang sesuatu?"

"Baiklah kalau begitu," Detektif Husin setuju. "Siapa sangka, tanpa mengeluarkan uang sedikitpun, kamu bisa mendapatkan apa yang kau inginkan. Sebenarnya kenapa kamu ingin punya prangko, Dini?"

"Butuh waktu untuk menjelaskannya," Dini tidak bisa jawab sekarang. "Coba tanya yang lain dulu,"

"Empat lembar dokumen penting yang diperoleh dari perpustakaan SD Harapan 3," Detektif Husin menentukan pokok pembahasan. "Itu isinya tentang apa saja?"

"Dua yang sudah aku kumpulkan ada di dalam kresek besar nasi Padang," jawab Dini. "Cek saja sendiri,"

"SKHUN Rhanto dan Sergam?" Detektif Husin menyadari kalau peredaran informasi ini berdampak besar terhadap peta konflik Distrik Tambora. "Jangan bilang kalau dua lagi yang di tangan Alif dan Sifa adalah STTB,"

"Kurasa bukan Alif yang pegang, melainkan Saiful," Dini sedikit ragu. "Kecuali Alif mengambilnya dari tas ransel Saiful,"

"Saiful tidak pesan nasi Padang," Detektif Husin hafal daftar pemesan hari ini.

"Semoga saja Alif tahu apa yang harus dilakukan," Dini berharap. "Di sisi lain, Doko dan Aryo perlu kita waspadai. Jika mereka tidak mau bekerja sama dengan kita, dokumen penting yang sudah kita kumpulkan bisa membalik peta politik sehingga merugikan kita,"

"Gunakan portal ruangmu, Dini," perintah Detektif Husin mendadak.

"Kenapa sih, jarak dekat juga," Dini agak kesal. "Lain kali bilang dari jauh!"

"Barusan kita lewat pangkalan rongsok," alasan Detektif Husin. "Mengingat Sidak, murid kelas 6A SD Harapan 3 yang megang usaha itu orangnya gampang tersinggung, sebaiknya jangan lewat di depan pangkalan rongsok tapi tidak langsung mengantar nasi Padang ke sana,"

"Sekarang selesaikan urusan kita di penjuru utara distrik secepatnya," Dini mau segera balik ke RM Padang.

"Bisa barter?" tanya penjaga toko material. "Uang saya lagi pada di bank,"

"Kalau ada oli semprot satu kaleng dan korek gas saya akan sangat berterimakasih," Detektif Husin menentukan barang yang disepakati untuk barter.

"Tenang saja, ada," penjaga toko material mengobok-obok isi gudangnya. "Asal tahu saja, sebelum jadi toko material tempat ini adalah bengkel kendaraan terbaik di Distrik Tambora. Riwayatnya tamat karena semua pekerjanya banting setir jadi preman jalanan. Akhirnya saya buka toko material,"

"Rumah yang kemarin dipasang kusen jendela itu," kata Detektif Husin. "Bu Ninhacker pemiliknya. Sepertinya dalam waktu dekat akan membangun tingkat dua kontrakannya di penjuru selatan distrik,"

Kota Lingkaran Hening.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang