6-Cewek dingin

6.1K 429 7
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT ❤😼

"Maaf kalo aku berlebihan. Tapi ini juga tak akan pernah jadi kenyataan, jika kamu tak pernah memberi harapan."

Lalisa Maharani

***


Brakk...

Sebuah box cantik dan elegan yang sangat dikenali Dom, tiba-tiba dijatuhkan begitu saja di depannya. Tak lupa juga dengan sebuah surat yang dirobek menjadi bagian-bagian kecil dan diserakkan di atas meja itu juga.

Tentu saja Dom kebingungan melihatnya. Cowok itu menengadah dan terpelonjak kaget melihat siapa orang yang berdiri di depannya sekarang ini.

Mereka sama-sama saling tatap walau keduanya memiliki arti tatap yang berbeda. Menciptakan sebuah atmosfer yang berbeda juga di sekitarnya.

Menegangkan.

"Ada apa, yah?" 

Pertanyaan yang hampir saja membuat Fanya tertawa terbahak-bahak kalau saja dia orang yang tidak pandai menyembunyikan emosinya.

"Setelah apa yang lo lakuin. Cuma sepotong kertas sama cokelat?"

Fanya berdecih kecil. Dom pun menaikkan sebelah alisnya. Bingung.

"Emangnya apa yang gue lakuin?" Tanya Dom. Pura-pura bego atau apa? 

Fanya pun mengganti tatapannya menjadi dingin dan super datar. Namun mereka tak akan pernah tahu seberapa besar rasa malu yang Fanya sembunyikan sekarang ini. Dan seberapa besar keberanian yang harus dia kumpulkan untuk ada di tempat itu sekarang.

"Kata maaf lo cuma buat gue semakin rendah. Seakan-akan gue barang murahan yang sekali pakai langsung dibuang. Makasih buat cokelatnya. Tapi gue gak suka cokelat, apalagi kalo cuma buat pencitraan." Ucap Fanya lalu berbalik. Tak peduli siapa itu Dominic dan seberapa banyak orang yang menonton aksinya sekarang.

Di dalam kelas, di luar, mengintip dari jendela dan sebagainya.

Dominic pun terkekeh kecil membuat Fanya menghentikan langkahnya sambil mengeryit.

"Lo suka apa enggak itu bukan urusan gue, kan? Lagian gue cuma bilang sebagai permintaan maaf. Lo gak harus makan. Yah, kalo lo gak suka kenapa harus repot-repot ngembaliin ke gue? Kenapa gak langsung buang aja?"

"Pansos?" 

Dominic menyeringai sinis.

"Dom?!"

Panggil Dul. Tidak biasanya Dominic seperti ini pada perempuan. Kan sudah dibilang, walaupun tingkat playboynya dengan Alvin itu tak jauh beda. Tapi Dominic orang yang lebih pengertian dan masih punya sisi lembut.

"Nih cewek cari perhatian banget, Man! Baru juga dilirik sedikit." Cibir Dom. Semakin terkekeh.

Fanya mengepalkan kedua tangannya dan menggigit bibir bawahnya. Ya, tidak salah kalau mereka berfikir seperti itu. Karena Fanya bukanlah seseorang yang menonjol bahkan terkenal di sekolah. Dia hanyalah anak biasa dari segelintir orang yang diasingkan di sekolah.

Kalau saat ini dia bisa berhadapan dengan seorang Dom dan ketiga temannya. Pasti yang ada dipikiran mereka adalah...

Cari sensasi biar terkenal?

Di belakang Dominic, ada Alvin dan Romeo yang sibuk dengan game di ponselnya. Romeo main game? Itu bukan lagi hal langka bagi mereka. Hampir semua hobi cowok normal itu sama. Sama-sama suka main game.

KLAN DESTIN [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang