29-BILANG 'PUTUS'

4.4K 324 16
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT

Happy reading yah!!

*** 

"Pangeran?!"

Langkah Fanya berhenti saat dia baru saja hendak menaiki mobil Irvan, berangkat sekolah seperti biasanya.

Pandangan Irvan ikut teralihkan karena mendengar Fanya menyebut nama seseorang.

Benar itu Pangeran. Cowok itu turun dari motornya dan membuka helm-nya. Rambut panjang yang sedikit berantakan dia rapikan dan berjalan ke arah Fanya.

Irvan turun dari mobilnya. 

"Pagi, om?!" Sapa Pangeran menyalam Irvan dengan sopan. Pria itu terlihat kebingungan dan Fanya masih bingung kenapa cowok itu bisa tahu alamat rumah barunya padahal dia tidak pernah memberi tahunya.

Pangeran tersenyum. Ketampananya meningkat jauh saat sudut bibirnya melengkung.

"Saya Pangeran, om. Calon masa depan keponakannya, om." Katanya. Jelas itu candaan yang serius. Pangeran terkekeh.

Fanya membulatkan mata dan itu semakin membuat Pangeran terkekeh lucu. Lalu dia menatap Irvan dengan mata yang bisa dipercaya menurut Irvan. Rapi dan sopan. Matanya juga  tidak menampakkan sesuatu yang patut Irvan curigai.

"Ada apa kamu kemari?" Tanya Irvan tegas dan lugas.

Pangeran sedikit tersentak namun senyumnya belum berubah kikuk. Masih santai.

"Mau jemput Rindu, om. Boleh kan, Om?"

"Rindu?" 

"Itu-- Fanya maksudnya," 

Irvan menaikkan sebelah alisnya. Dia berganti menatap Fanya yang gelagapan.

"Kalian pacaran?" Tanya Irvan gamblang.

Fanya mendongak dengan cepat begitu pula Pangeran.

"Anu, om..." Pangeran menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Anu, anu apa?" Tatap Irvan penuh selidik.

"Itu-- Kalo pacaran sih belum, tapi otewe kok om." Cengirnya.

"Pangeran?!" Sentak Fanya dengan decitan pelan. 

"Oh, Fanya-nya gak mau yah?!" 

Pangeran langsung membulatkan matanya. Omongan Irvan langsung menusuk dan gak ada basa basinya sama sekali.

"Pangeran teman Fanya, om. Maaf." Kata Cewek itu.

"Kenapa harus minta maaf?" Tanya Irvan. "Ya udah kalo kamu mau berangkat bareng teman kamu juga gak papa. Om gak akan ngelarang kalau kamu mau." Ucapnya penuh pengertian.

"Bener, om?" Pangeran berseru sumriah.

"Saya gak bilang kalo kamu boleh deketin keponakan saya, yah. Hanya boleh mengantar kalau dia mau." Sambar Irvan agak ketus.

"Ya sudah ayo berangkat. Kamu tetap saya pantau, motor kamu di depan dan mobil saya akan mengikuti dari belakang." Perintah Irvan.

Pangeran pun mencengo. Sudah seperti supir yang diawasi mengantar putri mahkota saja. Pangeran agak berdecak tapi tidak apa. Timbang tidak diperbolehkan?

Melihat muka bersungut-sungut Pangeran sedikit membuat hati Fanya hangat. Cewek itu tersenyum dan menoleh pada Irvan.

Ketegasan Irvan membuatnya merasakan adanya sosok ayah yang protektif pada anak gadisnya. Lalisa beruntung mempunyai orang tua yang baik dan sangat menyayanginya.

KLAN DESTIN [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang