17-Mantan kok pelukan?

4.5K 335 8
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT❤ DON'T BE SIDER YAH

***

"Katanya udah jadi MANTAN. Kok masih peluk-pelukan?"

***

"Nanti kamu dan Fanya bareng papa, yah?!"

Hampir setiap pagi Irvan mengulang kalimat permintaan atau lebih tepatnya pernyataan itu. Tapi tidak pernah diindahkan oleh Lalisa. Sedangkan Fanya cuma diam seperti biasanya.

"Kakak, Nino mau disuapin?!" 

Nino mendongak menatap Lalisa yang duduk di sampingnya tapi Lalisa mendelik tajam.

"Punya tangan kan?" Katanya. Kasar.

"Lalisa?! Jangan begitu sama adik kamu." Irvan memperingati cewek itu.

"Lalisa gak punya adik, pa."

"Nino itu adik kamu walau kalian beda ibu,"

"Itu papa tau. Maaf, tapi mama Lalisa gak pernah melahirkan lagi setelah Lalisa lahir. Artinya Lalisa anak satu-satunya." Sarkas cewek itu. Dengan acuh tak acuh dia memakan roti dan meminum susunya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Dwina langsung mengambil alih makanan Nino supaya anak itu tidak menangis mendengar ucapan Lalisa yang begitu.

Nino dengan mata bulatnya menatap ke arah Fanya. Sendu.

"Mau... Aku suapin?" Tawar Fanya. Cukup mengejutkan dan mencuri perhatian.

Lalisa menaikkan sebelah alisnya dengan wajah sinis.

"Mau! Yeahh... kakak Fanya baik gak kayak kakak itu! Jahat! Nino gak suka!" Seru Nino dengan kesal karena perlakuan Lalisa memang tidak pernah baik padanya.

Fanya tersenyum simpul.

Kini Fanyalah yang menyuapi Nino makan dan membantunya menghabiskan susunya, Dwina tersenyum senang dan berhasil terharu karena mereka tidak salah pilih membawa Fanya yang awalnya lebih suka menutup diri. Walau sekarang pun masih sama.

Lalisa cepat-cepat mengambil tasnya. Terlalu muak dengan drama kebahagiaan keluarga menyebalkan itu.

"Lalisa pergi dulu, pa?!" Pamitnya lalu melengos pergi begitu saja.

"Lalisa? Lisa? Kamu gak dengar tadi papa bilang apa?!"

"Gak perlu, pa. Urus aja keluarga baru dan keponakan papa yang tercinta itu." Ucapnya lalu pergi dari sana. Dengan mobilnya sendiri dia keluar dari area rumah. 

Irvan bisa apa? Lagi-lagi dalam hati dia cuma berfikir apa lagi yang harus dia lakukan agar Lalisa mengerti.

Memang tidak mudah. Irvan tahu masih sulit menerima kenyataan bahwa orang tuanya memilih pisah. Irvan juga tidak bisa memaksa Lalisa untuk meninggalkan mamanya, karena dia pasti membutuhkan sosok ibu kandung.

Namun ada yang Lalisa harus tahu. Kalau ibunya bukanlah orang yang sama dengan yang selama ini dia bangga-banggakan.

Dia pasti tahu itu tapi dia hanya tidak mau mengakuinya karena bagaimanapun. Tidak ada anak yang tidak sayang pada orang tuanya seburuk apapun mereka.

Irvan tersenyum kecil pada Fanya, "Om anter kamu, yah?" Ucapnya. Lembut. Dia benar-benar berlagak seperti sosok ayah yang baik. Dan ada rintihan kecil dari lubuk hati Fanya tentang kerinduan terhadap orang tuanya.

Fanya cuma mengangguk sekali dengan wajah tanpa ekspresi andalannya.

*** 

KLAN DESTIN [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang