JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN❤
.
Happy Reading yah!!
.
***
"Tidak semua perasaan bisa diungkapkan, mulut lebih sulit dikendalikan daripada hati. Biar hanya aku yang mengerti, toh hati pun aku yang memiliki. Mengadu pun apa kau peduli?"
***
Jadi selama ini dia cuma seorang cowok plin-plan di mata mereka?
Dominic terkekeh miris. Benar memang, tidak ada yang mengerti perasaan kita selain diri kita sendiri.
Mereka hanya tidak mengerti bagaimana rasanya menjadi Dom. Dia pernah menjadi pecundang lemah yang terluka, salahnya terlalu cinta di usia muda. Berharap tidak pernah gagal tapi dia salah.
Hatinya pernah terluka begitu dalam walau dia laki-lakinya, dia sakit dan takut untuk kembali jatuh cinta.
Bukan plin plan tapi trauma memulai dan kembali terkulai. Pernah bodoh memilih jadi brengsek tapi selalu merasa bersalah setelahnya.
Dia pecundang yang takut tersakiti dan cowok keren yang takut menyakiti.
Termasuk saat dia bertemu gadis itu. Justru rasa takutnya semakin menjadi setelah tahu dia jatuh cinta kembali.
Dom tersenyum kecut. Kesalahan terulang untuk kedua kali dan sekarang dia kacau lagi.
Dom tidak menyesali hanya mensyukuri pertemuan waktu itu, juga ciuman pertamanya untuk gadis itu.
Setidaknya mereka punya sebuah memori, siapa tahu nanti bertemu lagi.
***
6 bulan seusai dia pergi...
"Si Dom kemana?"
Alvin dengan cepat mengangkat bahu acuh. Dul berganti menoleh ke Romeo berharap kali ini dia menggunakan mulutnya sebagaimana fungsi utamanya. Berbicara.
Romeo menaikkan sebelah alisnya hampir membuat Dul kesal namun cowok itu ternyata menjawab. "Perpus." Singkat, padat dan jelas. Lalu dia lanjut main game dengan Alvin.
"Sama Lalis?" Tanya Dul lagi.
"Dia latihan musik." kata Romeo. Jelas dia tahu karena dia ketua kelasnya.
"Biola?" Banyak tanya. Padahal sudah tahu jawabannya.
"Keroncong. Udah tau nanya lagi. Brisik banget lu." Kesal Alvin pada cowok itu.
Dul lantas mencebik. Dia memperhatikan dua cowok aneh itu. Dekat berantam jauh kangen-kangenan.
Nyatanya sekalipun sama-sama tahu mereka suka pada cewek yang sama, kadang suka saling cemburu, marah namun tetap saja game selalu mempersatukan mereka.
"Dahlah... gue mau ke Dom dulu. Males gue sama lo berdua, triggered gue." Katanya lantas bangkit dari duduknya.
"Lagian si Dom aneh yah. Akhir-akhir ini jadi lebih pendiam, mana kerjaannya ke perpus aja lagi. Herman gue." Oceh cowok itu. Sebelum pergi dia sempatkan memakai pomade di depan kaca yang ada di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLAN DESTIN [Completed]✔️
Teen FictionKau tau kenapa dari sekian banyak manusia dan milyaran wanita di dunia, malah kau yang dipertemukan denganku? Mungkin karena Tuhan mulai jengah dengan tingkah menyebalkanku dan juga kehampaan hatiku sehingga dia mengirimmu. Gadis sederhana dengan se...