36-BUKAN HARI KE-5

4.1K 335 48
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT

Happy Reading yah!!

*** 

"Jangan pernah lupakan masa lalu. Baik ataupun buruk bukankah itu juga bagian dari dirimu yang sekarang?"

_Difanya Rindu

***

"Udah ganti baju?"

Fanya menangguk. Eh, dia menggeleng lagi. Buat apa dia menggerakkan tubuhnya kalau sekarang dia sedang mengangkat telpon bukan sedang mengobrol dan berhadapan langsung dengan orangnya?

"Udah." Balas Fanya pelan. Merasa bodoh pada dirinya sendiri.

Di seberang sana pun Dom malah mengangguk juga. Tidak ada percakapan lagi. Kalau bukan Dom yang bertanya cewek itu tidak akan berbicara dan sekarang Dom kehabisan pertanyaan.

"Yaudah kalo gitu gue tutup, yah?! Lo istirahat."

"Ehm, tunggu!" Fanya sedikit menggigit bibir bawahnya. Mungkin sudah menjadi kebiasaan setiap cewek juga saat sedang ragu-ragu.

"Kenapa?"

"Kamu-- udah nyampe rumah?" 

Diam. Fanya tidak langsung mendapat balasan. Dia bahkan menunggu beberapa detik untuk mendengar jawaban cowok itu.

"Gak. Gue di rumah sakit." 

Saat jawaban itu yang keluar dari mulut cowok itu. Fanya bingung harus bereaksi seperti apa. Entah itu diam atau  harus tersenyum kecut.

"Gal?! Kamu belum tidur? Aku kedinginan."

Samar-samar dari sambungan teleponnya Fanya mendengar suara itu. Suara yang sekarang sangat dia kenali.

"Gue tutup telponnya."

Tut!!

Fanya melihat layar ponselnya. Sambungannya benar-benar diputuskan saat itu juga dan begitu saja. Fanya menghela napas dan menatap ke luar jendela. Gelap dan sepi.

Apakah salah terlalu cepat menyukai seseorang?

Apa orangnya yang salah atau hanya waktunya saja yang tidak tepat? Ternyata menjadi orang bodoh itu melelahkan. Butuh berapa contoh lain lagi untuknya supaya menyadari hal itu. Bahwa setiap orang yang dia sayangi pasti akan meninggalkannya.

Seharusnya Fanya sudah bisa belajar dari beberapa kejadian. Dan sekarang dia malah melakukan hal yang sama. Pura-pura tidak mudah mempercayai orang lain dengan hati yang begitu lemah. 

Kenaifan Fanya membuatnya tersenyum kecut sendiri. Frame foto menjadi teman tidurnya lagi menggantikan bantal guling dan pil tidur menjadi penghantarnya menemui mimpi-mimpi lain malam ini.

Sekalipun itu mimpi buruk dia tidak akan terbangun dan duduk dengan tatapan kosong juga menyadari bahwa dia kini hidup sendirian. Jadi pil tidur itu yang paling dia butuhkan agar tidurnya tidak terusik dan bangunnya tanpa rasa sakit.

Drrttt!! Dering ponselnya datang ketika cewek itu sudah terlelap dalam tidurnya.

Dominic

Besok pagi gue yang jemput.

*** 

"Bi, Tante sama Nino kemana?" Tanya Fanya pada pembantu mereka di rumah itu.

"Itu, non. Kalo den Nino kan sekolah terus kalo Nyonya tadi pagi-pagi banget udah pergi ke rumah sakit." Jawab wanita paruh bayah itu.

KLAN DESTIN [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang