30- DIJODOHKAN

4.4K 352 17
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT

Happy Reading yah!!

***

"Cinta yang kembali adalah cinta yang tidak pernah pergi. Ibarat kata kamu putus, jadi mantan tapi balikan lagi karena ada harapan dan sama-sama ingin kembali. Sebaliknya cinta yang pergi dan tidak ingin kembali lagi adalah cinta yang bisa saja menyakitkan atau malah cinta yang tidak benar-benar cinta."

*** 

"Bang, nanti malam jangan kemana-mana, yah?! Mama punya kejutan buat kamu."

Kanaya tersenyum penuh arti. Ditatap bingung oleh dua lelaki tampan diantaranya.

"Kejutan? Kok tumben?" Tanya Dominic. Penasaran juga curiga.

Kanaya masih mempertahankan senyum sumriahnya. "Iya dong. Kejutan ini istimewa banget dan mama yakin kalo kamu pasti suka. Oh iya! Mama juga udah buat jas baru di dalam lemari kamu. Nanti malam harus dipake pokoknya. Gak ada penolakan."

Dom menaikkan sebelah alisnya meminta penjelasan dari papanya. Tapi dia juga tidak tahu, Dear menggeleng singkat.

"Emang ada acara apa sih, ma? Harus banget pake jas?"

"Bukan apa-apa. Cuma makan malam." Katanya santai. Tapi tetap saja Dom merasa tidak nyaman.

*** 

Di tempat lain juga ada yang sedang berkumpul di ruang makan. Tidak seperti siang biasanya. Sabtu siang memang kesempatan dimana mereka bisa makan siang bersama.

"Lalis, nanti malam kamu jangan keluar kemana-mana, yah?! Papa udah janji bakal makan malam sama keluarganya malam ini." Kata Irvan.

Lalisa menghentikan kegiatannya menyendokkan nasi ke mulutnya dan menatap Irvan.

"Gak. Lalis udah ada janji." Tolak cewek itu tanpa pikir panjang.

Fanya cuma diam sambil sesekali melirik kecil begitu pula dengan Dwina dan Nino yang sibuk dengan makanannya. Anak itu pastinya tidak mengerti apa-apa.

Irvan langsung memberikan tatapan tegasnya pada Lalisa.

"Sampai kapan kamu mau melawan papa?! Udah gak bisa dibilangin, kamu?" Sentak pria itu membuat suasana tiba-tiba saja menakutkan.

"Pa, jangan marah-marah dong. Gak baik bentak anak sendiri." Bisik Dwina menenangkan pria itu.

Lalisa memutar bola mata malas mendengar ucapan wanita itu.

"Pencitraan." Desisnya namun masih terdengar oleh telinga mereka.

"Lalisa?!" Sentak Irvan lagi. Menghadap Lalisa sepenuhnya dengan mata tajam.

"Pa... Udah. Gak baik bentak-bentak anak perempuan. Nanti dia malah semakin melawan bukannya nurut." Dwina berusaha menenangkan pria itu lagi lalu dia tersenyum kecil pada Lalisa.

"Kalo papa ngomong didengar yah, nak?! Gak baik loh ngelawan orang tua. Nanti malam kalian siap-siap, yah. Kita bakal makan malam di luar. Fanya juga yah, nak?!" Tutur Dwina dengan lembut, dia berusaha keras menjadi sosok ibu pengertian untuk anak-anaknya.

Fanya tersenyum kecil saat Dwina tersenyum padanya.

"Biar Fanya yang nyuci piringnya tante." tawar cewek itu lalu dia pergi ke dapur sedangkan Lalisa masih sibuk mengaduk-aduk nasinya tapi sedetik kemudian sendoknya diletakkan begitu saja dan cewek itu pergi ke kamarnya.

Irvan meringis frustasi.

"Padahal aku udah berusaha ngasih dia yang terbaik tapi anak itu gak pernah mau ngerti. Apa sih yang dia harapkan dari mamanya itu?!" Kesal Irvan.

KLAN DESTIN [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang