16-Ketemu dia

4.3K 321 6
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT❤DON'T BE SIDER YAH

***

"Melupakan itu mustahil. Tidak bisa melupakan? Tidak apa, tapi coba merelakan. Ketika hatimu rela walau belum lupa kamu tetap akan baik-baik saja."

***

"Sakitnya di sini?" Tanya Dom.

Matanya kembali melirik-lirik Dom. Menatap hingga dia sadar lalu menarik tangannya dan menjauh dari cowok itu.

Dom pun ikut membenarkan posisi duduknya.

"Tunggu di sini... sebentar"

Fanya tampak tidak peduli, kelihatan dari caranya membuang muka, menghapus air matanya kasar dan pura-pura menulikan telingannya.

Kalau kalian pikir Dom peduli dengan cewek itu ada benarnya tapi lebih banyak salahnya.

Dom memang bukan sedingin Alvin atau setidak peka Romeo. Dia masih sedikit ramah dan perhatian. Yah, perhatian kepada orang yang menurutnya berhak mendapat hal itu dari Dom. Jadi enggak untuk semua orang.

Dom peduli untuk demi dirinya sendiri bukan karena cewek itu. Dia cuma tidak mau terus dihantui rasa bersalah dan membuang prinsip yang sudah Dear tanamkan untuknya. 'Kamu yang berbuat, kamu yang harus bertanggung jawab'. Itu sebabnya Dom ada di sini sekarang.

Mempertanggung jawabkan kesalahannya. Dia sudah meminta maaf, hanya tinggal membelikan obat untuknya supaya semuanya selesai.

Walau tidak semuanya selesai dan Dom bisa mengklaim dia tidak mengenal cewek itu. Karena nyatanya, 

Tatapan Dom tak sengaja jatuh ke bibir mungil cewek itu yang cerah meski tanpa liptint atau apapun itu yang sering para cewek gunakan.

Tapi Dom cepat-cepat berdiri karena pikirannya mulai kembali ke waktu itu lagi. Rasa itu.

"Awas kalo lo kabur." Ucap Dom dan pergi meninggalkan Fanya di sana. Beberapa kali Dom melirik ke belakang dengan wajah tenangnya. Fanya tidak bergerak sama sekali. Masih tetap seperti tadi.

*** 

Untungnya masih belum terlalu malam, masih ada apotek yang buka. Dom tidak tahu harus membeli apa, pokoknya dia beli saja semua yang berhubungan dengan luka lebam atau apapun itu karena kuku cewek itu yang ikut luka. Bahkan dia membeli gunting kuku.

What the?!

"Mas ini ganteng banget. Boleh minta nomornya, gak?" 

Dom mengacuhkan wajah manja dan senyum apoteker itu. Dengan wajah tenang dan mata tegasnya tapi lembut bukan seram. Dia tersenyum kecil.

"Makasih yah, mbak." Ucapnya.

"Ih kok mbak sih?! Panggil Ira aja, nama aku Ira dan aku masih muda. Rumah kamu di deket sini, yah? Tapi kok gak pernah liat, yah?!"

Yang tadinya Dom sudah mau pergi malah kembali berbalik. Alhasil dia tersenyum kecil lagi. Terpaksa biar sopan. Dia tahu cewek itu umurnya sudah diatas Dom. Dia cuma mengada-ada dengan umurnya yang katanya masih muda.

"Saya pergi dulu." Pamitnya tanpa menjawab pertanyaan cewek itu.

Sebelum Dom kembali, dia sempatkan untuk mampir di mini market tidak jauh dari sana. Mengambil 2  botol air lalu membayarnya.

"Mas ini orang sini? Kok kayak gak pernah liat?!" 

Apa orang-orang di sini yang terlalu ramah atau memang Dom yang tidak tahu kalau semua penjual itu suka kepo sama orang yang tingkat ketampanannya di atas rata-rata?

KLAN DESTIN [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang