JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT❤
Happy Reading!!
***
"Hati itu butuh kepastian! Untuk apa berharap pada sesuatu yang tidak pasti kalau sudah tau pasti akan tersakiti?"
***
20.00. Waktu yang mereka tentukan sebagai mulainya acara. Sebenarnya Dom tidak suka dengan acara-acara seperti ini, menurutnya terlalu lebay membuat pesta besar cuma untuk acara ulang tahun.
Tapi mau bagimana lagi? Sesuai arti lain dari namanya yaitu 'yang utama', dia juga satu-satunya untuk Kanaya dan Dear. Makanya Kanaya selalu mengutamakan apapun hal sekecil yang Dom punya, dia ingin menciptakan momen sebanyak mungkin dalam hidup anak semata wayangnya.
Dom pun sama. Dia sangat mencintai Kanaya, makanya apapun yang dilakukan wanita itu asal dia senang Dom akan lakukan.
Tok! Tok!
Dom menoleh ke arah pintu saat dia akan memakai jasnya yang sudah disediakan oleh Kanaya.
"Gak dikunci." Ucap cowok itu lalu merapikan rambutnya di depan kaca.
Mereka masuk satu per satu dengan gaya sok cool yang menjijikkan untuk dipandang mata.
Siapa lagi kalau bukan komplotan grup 'bacoth' yang sudah memenuhi kamarnya dan mulai memberantaki semua barang-barangnya.
"Rapi amat, pak. Mau nganten, yak?!" Cibir Dul. Setelah memperhatikan Dom dari atas sampai bawah.
"Biasalah. Nyokap gue." Balas cowok itu jujur.
Mereka menyeringai.
"Liat Mia, gak?!" sambar seseorang. Mereka yang di ruangan itu serempak menoleh pada Romeo si wajah dingin. Mereka sama-sama memutar bola mata malas.
"Pamer banget lu, Rom. Mentang-mentang punya pacar." Sewot Dul.
"Yah wajar lah. Yang dipacari bidadari, gimana gak pamer. Gue juga bakal pamer kalo punya pacar kayak Irene." Sambar Deka. Yang tiduran di kasur Dom dan tidak membuka sepatunya.
Dia ditatap tajam oleh Dom. Cowok itu menyengir kuda, "Ampun, bang. Masih esempe." Katanya.
"Garing, sat." Tukas Putra.
"Sok asik lu." sambung Xavier lagi malas-malasan.
"Dia di taman sama tante Kanaya." Tukas Alvin dengan wajah super datarnya.
Romeo menaikkan alisnya. "Oh. Makasih." Hanya itu lalu dia pergi.
Suasana seketika hening. Kalau sudah Romeo dan Alvin yang berbicara aura-aura menakutkan langsung keluar begitu saja.
Dul berdehem memecah keheningan.
"Btw, selamat hari menetas, bro! Doamu aminku." Katanya. Sok puitis.
"Bau-bau kejijikan." Cibir yang lain dengan muka mau muntah.
"Mulut lu kayak t*i." Kesal Dul. Dia agak malu juga dengan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLAN DESTIN [Completed]✔️
Teen FictionKau tau kenapa dari sekian banyak manusia dan milyaran wanita di dunia, malah kau yang dipertemukan denganku? Mungkin karena Tuhan mulai jengah dengan tingkah menyebalkanku dan juga kehampaan hatiku sehingga dia mengirimmu. Gadis sederhana dengan se...