JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT❤😌
"Keputusanku waktu itu adalah apa yang aku yakini waktu itu. Masalah menyesal atau tidak, itu urusan Tuhan dengan waktu. Karena yang kulakukan saat ini adalah menyelamatkan hatiku lebih dulu. Karena dia pun butuh waktu untuk bernapas dan lepas dari melindungi hatimu. "
***
Air mata itu bak air yang mengalir di tengah derasnya hujan. Begitu sendu dan dingin. Juga menyakitkan dan menyesakkan.
Air mata Fanya tak henti-hentinya berhenti sambil terus memeluk tubuh seorang wanita paruh baya yang dia sebut sebagai ibu.
Ya, setelah kematian kedua orang tuanya Fanya dititipkan pada pembantu sekaligus pengasuhnya dari kecil.
Sudah berpuluh tahun Fanya tinggal dengan bu Marni. Dengan membawa semua hak warisan yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya begitu pula dengan rumah mewah mereka. Namun Fanya memilih menyimpan semuanya di bank dan hidup sederhana di rumah sederhana milik mantan pengasuhnya itu.
Dan bertahun-tahun juga Fanya seolah anak sebatang kara yang tidak memiliki keluarga sama sekali. Tapi malam ini, ada seorang pria dengan seorang wanita yang datang menjumpainya dan mengaku sebagai adik mamanya dan wanita itu adalah istrinya.
Awalnya Fanya tidak percaya, begitu pula dengan bu Marni yang sama sekali tak mengenali mereka. Namun mereka datang bukan dengan tangan kosong melainkan banyak bukti nyata.
Kartu keluarga, foto masa kecil, bahkan mainan-mainan bertuliskan nama mamanya juga pria itu di sana. Tak ada lagi yang bisa menyangkal kebenarannya. Dan Fanya tidak seberani itu untuk menuduh mereka yang tidak-tidak.
Fanya hanya bisa menitikkan air mata perpisahan untuk sang ibu yang sudah seperti orang tua kandung baginya.
"Bu," Gumam Fanya terus-menerus karena hatinya masih ragu dan ada sedikit ketakutan.
Sepasang suami istri itu, tante Dwina serta om Irvan saling tatap dalam diam menyaksikan acara perpisahan mereka.
"Udah yah, sayang? Kita pergi sekarang yah? Kapan-kapan kamu masih boleh main ke sini kok. Nanti ibu juga sering-sering dateng ke rumah yah, buat liatin Fanya? Kita cuma gak mau Fanya hidup seolah dia gak punya keluarga padahal ada mas Irvan yang jelas-jelas masih ada di sini. Bagaimana pun anaknya Fani juga anak mas Irvan dan anak saya, kan?" Ucap perempuan itu dengan tatapan lembut layaknya seorang ibu pada umumnya.
"Iya Fanya. Kamu jangan sedih gitu dong. Nanti di rumah kamu bakal ada temennya kok. Tante sama om punya anak gadis yang seumuran kamu loh. Karena mama kamu adiknya om. Kamu panggil dia kakak, yah?" Sambung Irvan.
Fanya pun melepaskan pelukannya dan menatap mereka berdua. Kedua orang itu tersenyum menenangkan lalu Fanya balik menatap bu Marni.
Bu Marni mengangguk seolah mengiyakan dan menyuruh Fanya untuk pergi mengikuti keluarga kandungnya. Fanya kembali meneteskan air matanya.
"Tapi nanti ibu temennya siapa?" Tanya Fanya.
"Emang ibu gak boleh ikut yah om?" Fanya beralih menatap Dwina dan Irvan. Sedang mereka berdua malah saling tatap.
Bu Marni yang merasa tak enak pun dengan cepat menarik tangan Fanya dan mengelus air mata gadis itu.
"Ibu gak papa kok. Ibu lebih suka di sini daripada di rumah besar. Lagian ibu udah gak bisa kerja keras lagi. Waktunya ibu untuk istirahat sekarang. Tapi ibu janji nanti bakal sering nengokin kamu, oke?"
Bu Marni menatap Fanya penuh harap seakan juga menyuruh Fanya untuk dengan cepat menuruti perkataannya. Akhirnya Fanya cuma bisa bisa mengangguk patuh. Membuat om Irvan maupun tante Dwina tersenyum lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
KLAN DESTIN [Completed]✔️
Novela JuvenilKau tau kenapa dari sekian banyak manusia dan milyaran wanita di dunia, malah kau yang dipertemukan denganku? Mungkin karena Tuhan mulai jengah dengan tingkah menyebalkanku dan juga kehampaan hatiku sehingga dia mengirimmu. Gadis sederhana dengan se...