35-HARI 4 DARI 7

4.1K 323 46
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT ❤

Happy Reading yah!!

***

"Melepaskan tidak menjanjikan kesedihan selamanya. Tapi melepaskan bisa jadi salah satu jalan menerima yang jauh lebih baik dari yang sebelumnya."

***

Here we go!

Sesuai dengan apa yang Dom katakan waktu itu. Ternyata Fanya tidak bermimpi dan Dom tetap menepati janjinya walaupun Fanya tidak sepenuhnya mengingat ajakan cowok itu.

Mall mungkin salah satu tempat terbaik yang Dom tahu. Karena hampir semua cewek yang dia pacari selalu menjadikan mall sebagai tempat jalan yang utama. Belanjalah, makanlah, nonton, yah mungkin cuma itu.

Tidak ada main di timezone, duduk berduaan dan berlama-laman di kafe atau sekedar duduk di taman kota. Ya toh Dom tidak mau juga melakukannya sekalipun cewek-cewek itu mengajak.

Fanya keluar dari mobil cowok itu, tanpa dibukakan pintu pastinya.

Memperhatikan gedung mall paling besar dan terkenal se-kota Bandung. Tempat yang tak pernah dia datangi sama sekali.

Dilihatnya lagi penampilannya. Lagi-lagi gaun dibawah lutut, kali ini berbahan tile tipis yang di dalamnya baju tipis atau tantop tapi lumayan panjang sampai ke atas lutut. Berwarna aprikot yang kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat. Tanpa cardigan ataupun baju rajutan karena cuaca sore ini agak panas.

Sepatu flat dan tas selempang kecil sekedar tempat handphone dan dompet. Dom menaikkan sebelah alisnya saat sudah keluar dari mobil.

"Kenapa? Ayo, masuk." Ajak cowok itu. 

Kaos tipis berwarna hitam, kemeja tidak dikancing, jeans levis hitam yang sobek dibagian lututnya, dengan sepatu Converse yang pasti bukan kw.

Tidak lupa juga. Dia memainkan kunci mobil di tangannya. Rambutnya dibiarkan agak berantakan dan parfum musk-nya menyebar kemana-mana.

Dom berdecak kala Fanya masih diam di tempatnya.

"Kenapa diem aja, sih?!" Dengan tidak sabaran dia menarik tangan Fanya membuat cewek itu terkaget dan berdebar tak karuan.

Walau wajahnya datar tapi dia malu. Merasa tidak sebanding jika berdekatan dengan cowok itu.

Fanya pun memilih melepaskan tangannya saja dan agak menjauh dari Dom.

"Malu. Diliatin orang." Katanya. Mengerti arti tatapan bingung Dom padanya.

"Terus harus banget gitu pake jarak 10 meter? Gak sekalian 100 meter, aja?!" Sarkas cowok itu.

"Di sini banyak orang. Kalo lo kesasar gimana? Emang lo udah pernah ke sini?"

Fanya menggeleng.

"Makanya sini deketan." Suruh Dom. Dengan gampang dan santainya.

Fanya terpaksa melangkah mendekati cowok itu. Dia juga tidak mau kalau nanti kesasar di sini. Apalagi dia paling malu kalau harus bertanya pada orang yang tidak dikenal.

KLAN DESTIN [Completed]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang