Part 86

306 54 6
                                    

Happy Reading
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

T

angan Sean tak hentinya berkutik di benda pipih miliknya, sedari tadi dia terus berusaha untuk menghubungi kerabat, teman bahkan semua staff yang bekerja di kantornya, meminta bantuan untuk mencarikan golongan darah yang sama seperti Adik tercinta. Raut cemas tercetak jelas di wajahnya sang bunda kini ikut terbaring lemah tak sadarkan diri setelah mengetahui Kondisi Aya yang menurun. Bundanya Pinsan.

Sean memijit pelipisannya pelan. Kepalanya terasa pening dan sangat berat. Kemana lagi Dia harus mencari pendonor darah untuk adiknya itu? Kepalanya menoleh kearah kanannya mendapati sang bunda yang masih tak sadarkan diri dengan Alex yang menjadi sandarannya. Wanita paruh baya itu terus terisak dan memanggil manggil nama anaknya meski matanya masih terpejam.

Tes

Setetes air mata turun dari pelupuk mata Elangnya. Sean menangis. Tangannya meremas lembut tangan bundanya yang tak bertenaga. Di usapnya lembut untuk menguatkan dirinya jika dia harus tetap berusaha dan pantang menyerah  untuk mencari pendonor darah untuk sang Adik. Ya Sean tidak boleh menyerah demi Bunda dan Adiknya.

Alex pun terlihat muram. Dia tidak bisa lagi untuk menyembunyikan kesedihannya. Berkali kali dia kembali menangis saat mengingat Adiknya, nyawa adiknya berada di ujung tanduk. Antara hidup dan mati.
" Bun Maafkan Alex!" Lirihnya tak kuat. Tangannya terkepal kuat berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri.

" Alex gagal. Alex gagal menjadi Kakak yang baik buat Eca. Alex gak pantas jadi kakaknya Bun!" Alex berusaha meredam tangisannya agar tidak terdengar sang bunda karena jarak mereka yang sangat dekat. Sepuluh tahun lamanya mereka tak bertemu dan kini mereka di pertemuan dengan situasi seperti ini.

Sean pergi meninggalkan Ruang operasi menyisakan Antoni, Alex dan bunda Aya. Pria itu paham mereka butuh waktu untuk semua ini dan mungkin jika Sean pergi keluar dan menghirup Udara segar pikirannya sedikit lebih tenang.

" Alex!" Pria itu menoleh. Mendapati papanya yang baru saja tida sebelum sean pergi. Entah dari mana Papanya pergi dia tidak peduli itu Yang ada di dalam pikirannya hanyalah keselamatan Adiknya.

" Papa sudah menemukan pendonor untuk Alexa!" Ucapnya membuat Alex  bernafas lega

" Benarkah? Siapa?!" Tanya Alex penasaran

" Dinda!"

" Dinda?" Ulangi Alex " Tapi bukankah Eca berkata kalau Dinda itu...

" Jangan pedulikan itu. Kita berdoa saja Semoga golongan darah mereka sama. Dan dengan ini Alexa bisa tertolong!" Serga Papanya cepat

" Lalu apa Dinda tau Untuk apa Papa memintanya untuk datang kesini?" Antoni menggelenkan kepala " Jika Mama mu tahu dia pasti tidak akan mengijinkannya. Jadi papa menyuruhnya secara diam diam untuk kesini!" Jawab Antoni.

Alex terdiam jujur dia merasa bingung dengan keadaan keluarganya saat ini. Alexa - Dinda. Dia sudah benar benar menyayangi adik adiknya itu. Dan jika harus memilih Alex tidak akan mampu untuk memilih salah satu diantara mereka.

Alexa adalah adik kesayangannya sampai kapanpun itu. Dan dinda? Gadis yang berwajah polos itu - Alex sudah menganggapnya seperti pengganti Alexa adik kandungnya saat Dia berpisah dengan Alexa.

Lalu bagaimana dengan sekarang? Bukankah Alexa sudah kembali?











Sean berdiri tepat di depan pintu masuk rumah sakit dimana Aya di rawat. Mengingat Adiknya yang saat ini sedang berbaring dengan tenang sean kembali meneteskan Air matanya.

PROMISE ( END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang