Part 82

390 66 10
                                    


Happy Reading
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

D

erap langkah kakinya sangat nyaring dan mantap. Kaki kecilnya tidak menyulitkannya untuk segera tiba di tempat tujuannya. Melangkah dengan cepat dan sorot mata yang tajam nan menghunus. Ekspresi wajahnya kembali datar nan dingin seperti dulu.

Tidak tersentuh!

Tidak ada lagi senyuman dibibir tipisnya. Tidak ada lagi sapaan yang terlontar dari bibir merah delimanya. Hanya tatapan mematikan yang terus Ia tunjukkan bagi siapa saja yang mengusik ketenangannya. Jangankan menyapanya, meliriknya saja mereka tidak memiliki keberanian yang lebih.


Andra? Aya mengabaikannya. Aya meninggalkan Andra begitu saja dengan emosi yang masih menyelimuti kedua mahluk berbeda jenis itu. Kedatangan Siswa laki laki yang menghampiri mereka bukan memperbaiki keadaan justru malah memperumit keadaan sehingga pertengkaran mereka semakin menjadi.

Beberapa kali terdengar teriakan namanya yang terlontar dari mulut kekasihnya itu tapi Aya berjalan seperti biasa. Mentulikan indra pendengarannya seolah olah Dia tidak mendengar Apa apa.


Tatapan matanya lurus kedepan begitupun dengan langkah kakinya yang terlihat Angkuh dan mempesona secara bersamaan. Jangan anggap Aya tidak tahu menahu kenapa Dia dipanggil keruangan kepala sekolah, jawabannya pasti ada satu hal yang melibatkan namanya sehingga Dia dipanggil oleh Kepsek.


Ruangan kepala sekolah sudah di depan mata beberapa meter lagi Aya akan sampai di depan pintu yang terdapat papan nama diatasnya yang bertuliskan ' Ruang kepala sekolah'.

Menyebalkan

Tentu saja. Karena panggilan ini Aya tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan Andra. Dan masalah pria itu? Entahlah mungkin saat ini pria itu sedang mengamuk di dalam kelas karena kembali di abaikan olehnya. Bukan maksud Aya ingin mengabaikan Andra dan membiarkan hubungannya seperti ini. Jujur Ayapun ingin segera memperbaiki hubungannya. Tapi bukan seperti itu, tidak bisakah Berbicara baik baik dari hati kehati dengan kepala dingin dan tenang? Mungkin masalahpun akan cepat selsai. Bukan seperti tadi, menggunakan otot dan mengutamakan ego masing masing.



" Aku ingin anak itu keluar dari sekolah ini!"


" Maaf Nandia, tapi Aku tidak bisa mengeluarkannya karena hal sepele seperti itu. Dan lagi pula itu belum tentu kesalahannya!"


Langkah Aya terhenti tepat di depan pintu yang terbuka lebar saat indra pendengarannya tak sengaja mendengar orang yang sedang debat di dalam sana. Dapat dilihat oleh Aya sang kepala sekolah sedang berdiri tepat di depan seorang wanita yang kini membelakanginya. Tidak hanya itu terdapat manusia yang berbeda jenis menggunakan seragam yang sama seperti dirinya.

Alex dan Dinda.


Aya mendengus. Drama apa lagi yang akan dimainkan oleh keluarga itu?

Sebelum menginjakkan kakinya memasuki ruangan itu Aya terlebih dahulu mengetuk pintu. Walaupun saat ini emosi masih menguasai dirinya tapi Aya masih mempunyai tatak rama yang di ajarkan oleh bundanya. Wanita yang selama ini merawat dan menjaganya menyayanginya setulus hati tiada henti.

Tok tok tok

Berhasil. Semua mata kini tertuju padanya. Ketukan pintu yang dilakukan Aya membuat perdebatan itu terhenti seketika. Seperti biasa Aya hanya menampakkan ekspresi datarnya. Dingin dan tak tersentuh  namun tatapannya mematikan.



PROMISE ( END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang