#9

2.4K 159 0
                                    

Definisi gugup yang sebenarnya itu mungkin seperti ini. Persis seperti yang gue rasakan sekarang. Kalau yang kalian tahu gugup identik dengan keringat dingin, tangan gemetar, gelisah, dan perut mulas, yakinlah semua itu hanya seperlima dari gugup yang sesungguhnya.

Gugup yang gue alami saat ini sudah sampai di titik bibir beku kelu, kinerja otak menjadi kacau, kemampuan netra menurun drastis, dan tangan gue seolah kebas. Gue bahkan tak mampu bangkit dari kursi di depan meja rias ini.

Bisa gue pandangi dari pantulan cermin, sosok gadis berbalut dress baby blue metalic dengan rambut tergerai sedang menatap dengan mata kosong. Bahkan gue yakin, make up yang terpoles sempurna tak mampu mengamuflase kegugupannya. Semakin tak percaya bahwa gambaran itu adalah gue.

Ceklek

"Udah siap?" suara lembut itu sama sekali tak membantu. Gue semakin gugup.

"Dek, pucet amat lo! Mules?"

Gue menggeleng.

"Gugup?"

Ini orang goblok atau cengoh sih? Pake nanya!!! - batin gue.

"Bang, beneran harus ya malam ini pertunangannya? Masak pertemuan pertama langsung tunangan?"

Bang Suho tersenyum sambil memegang kedua bahu gue dari belakang. Memasuki pantulan cermin.

"Percaya deh sama Mamah, Papah, dan gue. Kami semua pasti memberikan yang terbaik buat lo."

Ingin sekali gue meyakini kalimat itu. Atau lebih tepatnya harus gue yakini.

"Gue turun ya, mereka udah datang lho. Lo cepetan turun!"

Baiklah, gue memang harus turun sekarang.

Menuruni beberapa anak tangga, sudah terlihat sepasang suami istri, calon Papah dan Mamah mertua gue. Mertua ya?? Mendadak perut gue melilit membayangkan sapaan itu.

Tapi, dia mana?? Tak ada??

Gue langsung duduk, setelah sebelumnya membungkuk pada semua orang, di samping Bang Suho. Mungkin karena gue daritadi celingak-celinguk, Tuan dan Nyonya Kim paham siapa yang gue cari.

Oia, marga gue dan calon tunangan gue ternyata sama. Kim.

"Chen sedang ke mobil, mengambil cincin pertunangan kalian" ucap Ny. Kim sambil tersenyum.

Duh, malu gue njir!!!

"Udah ga sabar, Dek?"

Elah, pengen gue keplak aja nih oncom jamuran!!

Menghilangkan canggung dan rasa malu, gue curi-curi pandang memperhatikan wajah Tuan dan Nyonya Kim. Meski baru pertama kali bertemu, entah kenapa wajah mereka terasa tak asing.

Apa mungkin gue pernah ketemu ya sebelumnya?

Sadar sedari tadi gue perhatikan, Ny. Kim melempar senyuman ke gue.

"Nana cantik banget ya, persis kayak kamu Hye Ri"

"Ah bisa saja. Anda mengatakan dia cantik karena tidak ada anak perempuan lagi disini." ucap Mamah sembari tertawa.

"Maaf Tante, Chen anak tunggal?"

"Chen??!!" tetiba Bang Suho membuat kaget.

"Iya, bener kan namanya Chen?"

"Dej, dia seumuran sama gue. Dia dulu temen kuliah gue di London. Ya kali lo panggil dia Chen gitu??"

"Trus apa?"

Bang Suho memutar kedua bola matanya malas, sementara yang lainnya malah tertawa.

"Kalau gitu kamu tanya saja langsung sama orangnya sebentar lagi. Dan juga jangan panggil tante. Mulai sekarang panggil Ayah Bunda saja ya!" Nyonya Kim tersenyum.

Married You  X  KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang