"Udah tidur dia?"
Irene kembali duduk di sebelah gue setelah mengantar Nana ke kamar. Butuh berjam-jam untuk bisa menghentikan tangisnya. Belum pernah gue lihat Nana serapuh ini. Gue terbiasa dengan mulutnya yang asal jeplak, tangannya yang asal geplak, dan tingkahnya yang blangsak. Tapi sekarang, bahkan untuk mengangkat dagunya pun ia tak sanggup. Sebegitu cintanya lo sama dosen sialan itu Na?
"Heem"
"Baguslah, jangan lupa siapin kantong teh hangat besok, matanya pasti jadi segedhe bohlam lampu"
"Baek, ini gue harus gimana? Pak Jongdae nelfon dia terus!"
Gue lirik HP Nana di genggaman Irene. Cih!! Bahkan Nana menuliskan namanya dengan lambang hati.
"Angkat aja, bilang dia disini. Pastikan dia ga usah nyusul kesini. Suka-suka lo lah mau bilang apa"
Irene mengangguk, menekan screen berlambang hijau.
"Halo"
"..."
"Maaf Pak, ini saya Irene"
"..."
"Iya, Nana ada di apart saya. Dia lagi tidur"
"..."
"Oh ga ada apa-apa kok Pak. Tadi pulang kuliah kami ngemall, saya yang maksa Nana untuk ikut, karena buru-buru HPnya ketinggalan di mobil. Nyampe apart dia langsung tidur karena kecapekan"
"..."
"Iya Pak, nanti saya sampaikan ke Nana"
Tut
"Ngomong apa dia?"
"Katanya Nana biar tidur sini dulu, dia masih ada urusan dan harus nginep di apartnya sendiri"
Tangan gue mengepal. Ternyata Jongdae jauh lebih brengsek daripada yang gue kira. Urusan?? Istri dan anak lo kan maksudnya!!! Ingin rasanya sekarang gue menghajarnya sampai dia berlutut memohon maaf di depan Nana.
Untuk apa dia melakukan skenario tolol dengan berpura-pura menjadi dosen kalau ternyata ada wanita lain dengan status yang lebih jelas?? Untuk apa mendekati Nana dan berusaha mendapatkan hatinya kalau sekarang dia menyakitinya seburuk ini?? Gue bener-bener nyesel pernah membantunya dan memberikan Nana padanya.
"Akhirnya yang gue takutkan beneran terjadi"
"Maksudnya?"
"Gue udah curiga ada yang disembunyikan Jongdae dari Nana" tetiba gue malas menyebutnya 'Bapak'. Panggilan itu terlalu terhormat untuk lelaki brengsek seperti dia.
"Gue ga paham"
"Beberapa minggu lalu Nana dibentak hanya karena menemukan sebuah foto di kamar Jongdae"
"Foto Pak Jongdae sama cewek?"
Gue mengangguk, "Tapi bukan berdua. Ada laki-laki lain di dalam foto itu"
"Kenapa bertiga?"
"Entahlah. Tapi melihat Jongdae sebegitu marahnya, dia membentak Nana, bahkan mereka sampai saling menghindar selama beberapa hari, gue mulai merasa ada yang ga beres. Ternyata ini jawabannya!"
Lagi-lagi tangan gue mengepal. Urat di tangan gue menyembul sempurna.
"Gue harus gimana biar bisa bantu?"
"Lo temenin dia aja, hibur dia, ajak dia jalan-jalan atau apapun lah semau dia. Pastikan dia melupakan sakit hatinya, meski hanya sedikit. Sembunyikan dia dari Jongdae dan Bang Suho"
Irene mengangguk, "Tapi lo ga bakalan nekat kan Baek?"
"Gue bisa nekat apa?"
"Pliss janji sama gue, lo ga bakalan menghajar Pak Jongdae!"
"Atas dasar apa gue mengotori tangan gue?"
"Baek, gue bukan cewek bego ga peka kayak Nana. Lo suka Nana, lo sayang Nana bukan sebagai sahabat, sejak lama. Bener kan?"
Gue terkesiap. Sejak kapan Irene menyadari itu? Bahkan gue berusaha keras untuk tidak mengakui pada diri gue sendiri.
"Lo ngomong apaan?"
"Baek, gue kagum sama lo. Dari awal lo ga pernah berniat untuk ngedapetin Nana. Bahkan lo enteng aja biarin Nana pergi sama Chanyeol. Apalagi waktu tahu Nana dijodohin, lo dengan sukarela bantuin Pak Jongdae untuk beli cincin. Lo luar biasa!!"
Irene menepuk bahu gue.Gue tersenyum. Akhirnya gue jujur juga tentang ini.
"Karena gue tahu dari awal Nana ga bakalan punya perasaan lebih ke gue. Chanyeol yang berjuang sekeras itu pun hanya berakhir dengan predikat Jacob Black buat Nana"
Irene terkekeh, "Nana tuh bener-bener ya. Anak orang dikatain tokoh film. Trus dia Bella Swan dan Pak Jongdae jadi Edward Cullen gitu?"
Gue tertawa disusul dengan Irene. Itulah Nana, konyol dan out of the box, monyet kesayangan gue.
"Gue yakin lo pasti dapet cewek yang lebih baik dari Nana"
"Iyalah, gue tar cari cewek yang omongannya ga kasar, ga suka ngumpat, ga suka getok pala gue, yang anggun"
"Iya iya iya, biasa aja ngomongnya ga usah nge-DJ"
Gue menghela nafas. Andai Nana tahu, hati gue ikut sakit lihat dia seperti ini. Gue sayang sama dia, sejak lama, mungkin sejak pertama kali lihat tingkah absurdnya di waktu ospek. Tapi entah kenapa perasaan gue terhenti, mungkin gue yang tak punya nyali untuk maju. Gue merasa sudah cukup bahagia jadi orang pertama yang dia hampiri saat bahagia, menangis, ketakutan, bingung. Gue ga pernah berharap lebih dari apa yang terjadi sekarang, karena gue ga mau kehilabgan sosok Nana yang ceria.
"Gue balik dulu Ren, titip Nana ya!"
"Sip boskuh! Nana aman disini!"
"Thanks Ren!"
"Ga usah pake makasih. Nana calon adek ipar gue. Pasti gue bakalan bela dia, lakuin yang terbaik buat dia"
"Kepedean lo, emang Bang Suho bakal nikahin lo?"
"Jangan nakutin gue lo!! Bang Suho ga brengsek kayak Pak Jongdae!"
"Bener!!! Jongdae emang brengsek!!!"
Gue pun pulang membawa mobil Nana, lebih aman kalau dia tak pegang kendaraan dulu. Lagi pula disini ada mobil Irene. Gue lebih tenang kalau Nana kemana-mana ada yang menemani.
Gue akan selalu ada di samping lo, Na. Memeluk lo saat terluka. Ikut tertawa saat lo bahagia. Menyeka air mata saat lo menangis. Apapun buat lo, sahabat gue!!
🐣🐣🐣🐣
I Love You, Baekhyunnie...
Lelaki pertama yang bikin author merasa amat sangat gagal menjadi cewek 😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Married You X KJD ✅
Lãng mạnCOMPLETED ✅ 🔞🔞🔞 Highest rank #1 in chen (14 - 08 - 19) #1 in kimjongdae (14 - 08 -19) #1 in chenexo (24-02-20) Tak pernah terbayangkan kalau dijodohkan itu bakal seseru ini - KIM JONG DAE Gue dijodohin sama seseorang yang bahkan gue ga tau wajah...