#21 - CHEN POV

2K 144 1
                                    

Menyesal bukan lagi kata yang pantas untuk menggambarkan perasaan gue sekarang. Nana sebenarnya tak tahu apapun. Dia hanya melihat sesuatu yang gue sembunyikan dari siapapun, termasuk Ayah dan Bunda.

Jantung gue rasanya mendadak lupa tugasnya saat gue melihat Nana memegang foto itu. Tapi percayalah, tak ada rasa sakit yang lebih mendalam saat melihat dia menangis karena bentakan gue. Andai bisa diulang lagi, gue ingin menarik kembali semua kata-kata kasar gue.

Setelah merapikan kotak kembali, gue berlari turun menyusulnya. Gue kira dia ada di ruang tengah, tapi tak ada. Gue coba mencari ke taman belakang, dia kan suka mawar putih, Bunda punya beberapa di belakang, tapi hasilnya nihil. Duh Na, kamu kemana??

"Chen, mau makan siang?? Ajak Nana sekalian gih!" Bunda tetiba muncul.

"Nana ga ada, Bunda tahu dia kemana?"

"Kan daritadi sama kamu, kenapa malah tanya Bunda?"

Tanpa bertanya lagi, gue berlari keluar rumah. Benar saja, sandalnya tak ada. Kompleks ini luas, Nana tak tahu jalan, parahnya lagi dia itu selalu bingung dengan arah. Gue susuri setiap blok, bertanya pada setiap orang yang gue temui. Gue masuki setiap toko atau minimarket. Ya Tuhan Nana, kamu kemana?

Sampai akhirnya langkah gue terhenti saat mendengar sebuah tawa yang tak asing, tawa yang membuat rasa frustasi gue sedikit berkurang. Dia benar ada disana. Duduk di sebuah ayunan dengan seorang anak kecil tepat di depannya. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi raut wajah Nana benar-benar terlihat menggemaskan.

Mendadak potongan adegan saat gue membentaknya tadi kembali terputar, sebuah rasa sakit kembali muncul saat melihat dia yang tertawa seperti itu. Harusnya gue selalu membuat kamu tertawa seperti itu, bukannya terus-menerus membuat kamu menangis.

Anak kecil itu sudah pergi bersama ibunya. Tinggal Nana di taman itu sendirian. Ini sudah sore, sebentar lagi gelap. Tapi dia masih belum beranjak dari sana. Dia tidak berniat untuk tidur disini kan?? Bagaimana kalau dia kepikiran untuk kabur lagi seperti tempo hari??

Perlahan dia bangkit, berjalan pelan keluar taman. Syukurlah langkah kakinya mengarah kembali ke rumah gue. Agak jauh gue ikuti dia dari belakang. Ingin rasanya sekarang gue berlari dan memeluknya, mengucapkan ribuan kata maaf. Tapi sebuah ketakutan menahan gue, bagaimana kalau Nana tetiba bertanya perihal foto itu?? Gue harus jawab apa?

"Astaga sayang, kamu darimana?" Bunda yang mencemaskannya, langsung saja menghampiri Nana yang baru membuka pagar.

"Jalan-jalan Bun, ternyata taman kompleks ini bagus yah!"

Lihatlah, dia berusaha tersenyum di depan Bunda. Menyembunyikan perilaku buruk gue. Bodohnya gue menyakiti gadis sebaik itu!!

"Duh, kamu bikin Bunda khawatir, mana sudah sore, mau gelap pula!"

"Maaf, Bun"

Maafin gue, Na.

"Ga ketemu Chen?"

"Lho, Mas Dae kemana?"

"Tadi dia pamit nyariin kamu pas kita semua sadar kamu ga ada di rumah"

Gue mendekatinya.

"Darimana kamu?"

"Taman"

Hanya sesingkat itu jawabannya. Bahkan dia tak menatap mata gue saat menjawab.

Sejak itu hubungan gue dan Nana semakin jauh. Terlalu ketara dia menghindar dari gue. Bertemu pun dia hanya menyapa ringan lalu buru-buru pergi. Kesibukan awal semester ganjil semakin membuat kami jarang bertemu. Dia sudah masuk semester 5, artinya dia sudah semakin sibuk dengan KKN sebentar lagi.

Gue baru sadar kalau semester ini gue tak mengajar kelas Nana. Ah, pupus sudah harapan gue bisa melihatnya di kelas.

"Sarapannya udah gue siapin, Mas" hanya itu ucapan dia setiap pagi.

Gue kangen cerewetnya, manjanya, rengekannya, bahkan omelannya yang membuat ekspresi dia menjadi sangat lucu. Tapi lagi-lagi gue terlalu takut untuk memulai obrolan. Takut saat dia menuntut jawaban dari apa yang dia lihat. Gue belum siap cerita semuanya. Bagaimana kalau Nana dan keluarganya tidak terima?? Bagaimana kalau akhirnya mereka membatalkan pertunangan ini?? Gue bener-bener tak mau kehilangan Nana.

Sekarang sudah malam, tapi apart sepi. Nana belum pulang? Kemana dia?

Tanpa menaruh tas di kamar, gue naik ke kamarnya, benar saja masih gelap. Aroma kamar ini membuat gue semakin merindukan Nana. Gue duduk di kasurnya, mengelus bantal dan selimutnya. Kangen banget sama kamu, Na!! Sesak nafas rasanya setiap hari melihatmu tapi tak bisa memelukmu.

Tes

Tes

"Hiks hiks maafin aku Na! Kangen banget aku sama kamu! Sekarang kamu kemana? Sebentar lagi gelap. Kamu seneng banget bikin aku khawatir"

Ceklek

🐣🐣🐣🐣

Married You  X  KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang