#19

2.1K 150 2
                                    

"Bundaaaaa!!" gue menghambur ke pelukan Bunda yang sedang membaca buku di sofa ruang tengah.

"Eeehh mantu Bunda yang cantik udah dateng. Chen mana?"

"Ketinggalan"

"Ooh yaudah yang penting kamu nyampe sini dengan selamat".

Wkwkwkwk ini nih yang paling gue suka dari Bunda. Beliau lebih sayang sama gue daripada anak semata wayangnya. Gue juga selalu dibelain kalau ada apa-apa.

"Gitu aja terus, anggap aja Chen ga pernah ada"

Gue sama Bunda ketawa bareng. Mas Dae cuma manyun sambil cium pipi Bundanya.

"Ayah mana, Bun?"

"Di atas, terima telpon kayaknya. Kalian udah sarapan?"

"Sudah donk, masakan calon istri"

"Wah, Nana pinter masak?"

"Sekadar bisa Bun, yang penting mateng hihihi"

"Enak kok sayang" ucapnya sambil memeluk pinggang gue dari samping.

Eits, kuping gue ga lagi congekan kan?? Mas Dae panggil gue 'sayang'?? Pansos banget lo di depan Bunda!!

"Duh mesranyaaaa, jadi kapan kawin?"

"Nikah Bun, bukan kawin" gue berusaha mendorong Mas Dae.

"Ya kawin dulu juga gapapa, itung-itung dp"

Lha calon ibu mertua gue geblek juga. Gue cuman geleng-geleng. Sementara Mas Dae malah ketip-ketip ganjen.

"Kenapa mata lo?? Kelilipan kecoa??" kalau ga inget ada emaknya udah gue tabok itu muka. Byuntae!!

"Eh Nana kok elo elo gitu?" Bunda melotot ke gue. Sementara Mas Dae malah jukurin lidahnya. Gue caplok juga lo!!!

"Hehehe kelepasan Bun"

"Yaudah kalian pasti capek, udah sana istirahat dulu"

Kami langsung naik ke atas, ke kamar Mas Dae. Perjalanan dari apart gue ke rumah Bunda sekitar 3 jam, itupun karena macet weekend. Ini kedua kalinya gue ke rumah ini, yang pertama waktu Mas Dae mau pindah ke apart gue. Tapi waktu itu gue hanya di ruang tamu, jadi ini pertama kalinya gue masuk ke kamar Mas Dae.

 Tapi waktu itu gue hanya di ruang tamu, jadi ini pertama kalinya gue masuk ke kamar Mas Dae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar ini bener-bener sesuai dengan Mas Dae. Rapi, minimalis, tak terlalu banyak perabotan dan warna mencolok, dan khas lelaki lajang. Aroma maskulin juga menguar saat gue membuka pintu. Pencahayaannya juga pas, berpadu dengan dinding yang agak gelap di sebagian sisi.

"Gimana kamar aku?" ucap Mas Dae sambil memeluk gue dari belakang. Seperti biasa, dagunya ia letakkan di bahu gue.

"Asyik, cocok banget sama Mas Dae. Trus kamar gue dimana?"

"Ya disini!"

Gue menoleh. Mengerutkan dahi, mengikis jarak antara dua alis.

"Disini?? Sekamar sama Mas Dae??!!"

Married You  X  KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang