#29

1.8K 139 0
                                    

"Hai Bi, Bunda sama Ayah ada?" sapa gue ke asisten rumah tangga yang sudah dianggap keluarga di rumah ini.

"Oh, Nyonya sama Tuan pergi Non. Yuk, masuk dulu"

Gue dan Bang Suho mengekor di belakang Bibi Hong.

"Duduk dulu Non, mau minum apa?"

"Eh ga usah Bi, aku cuma mau ambil barang yang ketinggalan di kamar Mas Dae. Cuma sebentar kok! Ayah Sama Bunda kemana?"

"Bibi tidak tahu. Tapi beberapa hari yang lalu Tuan Kim marah besar setelah Tuan Muda Kim membawa seorang wanita dan anak kecil"

Ya Tuhan, Mas Dae sudah berani memperkenalkan wanita dan anaknya ke Ayah Bunda. Setelah ini apalagi? Mereka akan menikah?? Gue benar-benar dicampakkan??

Gue berusaha tetap berdiri tegak, meski nyatanya lutut gue bekerja terlalu keras. Bang Suho dengan cepat berdiri di samping, memeluk bahu gue. Dia tahu gue hampir lunglai.

Bibi Hong menyadari ada yang salah dengan ucapannya, dia terlihat menyesal dan menatap gue sedih. Mungkin lebih tepatnya dia mengasihani gue. Sebegitu menyedihkannya posisi gue sekarang?

"Maaf Non, Bibi minta maaf, sama sekali tidak bermaksud menyakiti Non Nana" ucapnya sembari memegang kedua tangan gue.

Gue balas dengan senyuman.

"Gapapa Bi, aku udah tahu kok. Lalu Ayah Bunda bilang apa?"

"Nyonya Kim menangis, sementara Tuan Muda Kim hanya menunduk dan terus menerus meminta maaf. Wanita itu pun menangis, Bibi tidak sanggup melihat terlalu lama jadi Bibi pergi ke belakang. Sorenya mereka semua pergi, sepertinya pergi jauh karena Nyonya meminta saya untuk menyiapkan vitamin Tuan Kim untuk beberapa hari."

Mungkinkah mereka kembali ke London untuk menikahkan Mas Dae?? Apa wanita itu berkebangsaan London?? Semua cerita Bibi Hong membuat gue hampir melupakan tujuan datang kesini.

Kuat, gue harus kuat!! Meski sadar gue sudah kalah, tapi gue tak mau mengalah tanpa kebenaran. Sekali lagi, gue harus dapatkan kebenaran dari semua ini.

Gue berpamitan untuk ke atas, mengambil foto itu di kamar Mas Dae. Masih mengingat letaknya, dengan segera gue raih kotak kayu itu. Mengambil fotonya tanpa memedulikan isi yang lain. Foto ini jauh lebih penting.

"Lo gapapa?" Bang Suho terus melirik gue di sampingnya. Gue tetap memandang ke luar jendela, pikiran gue kosong. Serasa lelah berhari-hari memikirkan semuanya. Gue lelah jiwa dan raga. Gue ingin berteriak, berharap sakit dan sesak ini menguap bersama karbondioksida.

"Bang, gue mau pisah aja. Gimanapun pertunangan ini mulai tak sehat, gue udah ga kuat!" lagi-lagi gue menangis, entah sudah yang keberapa.

Bang Suho menepikan mobil, memeluk gue dengan erat. Gue mencengkeram bajunya. Menyalurkan semua rasa sakit, marah, kecewa, dan entah apa lagi yang berjubel disana.

"Kenapa sesakit ini rasanya?? Berulang kali gue berusaha kuat, berulang kali pula kenyataan pahit semakin menusuk gue!! Gue ga kuat, Bang!! Sakit banget!! Gue harus gimana sekarang?!!"

Bisa gue rasakan pundak gue basah, Bang Suho pun menangis disana. Tangis gue semakin menjadi, gue meraung dalam pelukan Bang Suho.

"Gue ga tega liat lo kayak gini. Gue cuma bisa menemani lo dan memeluk lo seperti sekarang. Jangan bertindak bodoh! Jangan kecewain gue sama Papah Mamah!"

"Udah ya, gue jadi ikutan nangis nih. Sakit banget hati gue liat lo hidup kayak gini!" sambung Bang Suho.

****

"BENAR!!!! DIA ORANGNYA!!" Kak Dyo memekik saat gue tunjukkan foto itu.

Sejak masuk ke apart ini, Bang Suho terus memeluk bahu gue. Irene pun ikut menggengam jemari gue, mengelus ringan.

"Jadi benar ternyata mereka orang yang sama. Kenapa Mas Dae sejahat ini sama gue?!"

"Lelaki ini siapa?" Irene sepertinya bertanya pada Kak Dyo.

"Gue juga ga tahu" - Kak Dyo.

"Eh coba deh perhatikan, mata dan bibirnya sama dengan Pak Jongdae. Mungkin saudaranya?"

"Bukannya Chen anak tunggal?" - Bang Suho.

"Saudara sepupu mungkin?" - Irene.

"Terlihat jelas wanita dan lelaki ini lebih tua dari Chen" - Kak Dyo.

"Lelaki ini beberapa hari lalu muncul di mimpi gue" semua orang mendadak menatap gue. Raut wajah mereka bingung dan penasaran.

"Kenapa lo ga pernah cerita??!!" - Irene

"Karena gue bingung gimana caranya mau cerita. Gue takut disangka gila" meski nyatanya gue memang sudah hampir gila karena masalah ini.

Gue ceritakan semua ucapan lelaki itu. Setiap katanya masih bisa gue ingat dengan jelas, padahal gue tak paham apa maksudnya. Mereka bertiga hanya mengangguk namun tak ada yang berani berspekulasi. Terlalu banyak kemungkinan dan hampir semua kemungkinan itu menyakiti gue.

"Sekarang kita cuma bisa menunggu Chen pulang, lo harus tanya sendiri!" - Bang Suho

"Tak bisakah gue mendapatkan kebenaran tanpa bertanya?? Tak bisakan dia sendiri yang memulai kejujurannya?? Bukan karena gue yang menuntut, tapi karena dia sadar bahwa gue membutuhkannya!"

"Terkadang lo harus menepikan ego untuk bisa mendapatkan kenyamanan. Semua keputusan ada di tangan lo sekarang" - Kak Dyo.

"Apapun yang terjadi nanti, kenyataan apapun yang bakal lo hadapi, jangan sakit sendirian. Lari ke gue, Baekhyun, Oppa, Kak dyo, kita semua punya pelukan erat buat lo!" - Irene

🐣🐣🐣🐣

Married You  X  KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang