#39

1.8K 127 2
                                    

Semua ucapan Kak Yoona masih terngiang di pikiran gue. Apa benar permainan kucing-kucingan ini menyakiti hati Mas Dae? Gue melakukan ini bukan karena tak bangga memilikinya, tapi justru karena gue merasa tak pantas berada di sampingnya. Dua hal yang sangat berbeda kan?

Kalau perkataan Kak Yoona benar, haruskah sekarang gue membiarkan semua orang tahu? Apa kata teman-teman dan juga dosen gue? Terutama Bu Seulgi yang jelas-jelas menyukai Mas Dae, lalu Joy dkk yang tahunya Mas Dae sudah beristri dan memiliki anak.

Memikirkan semua itu membuat gue tidak menyadari bahwa seseorang tetiba memeluk gue dari belakang.

"YAAAKKK!!!"

"Melamun apa?"

"Mas, aku kaget! Tiba-tiba meluk, nyapa dulu donk!" duh jantung gue rasanya mau mencelos dari tempatnya.

"Aku panggil-panggil kamu dari mulai masuk pintu, kamu aja yang ga denger. Melamun apa sih?"

"Ga ada. Diantar siapa pulangnya tadi? Kok ga minta jemput?"

"Naik taksi, aku pikir kamu masih sama  Yoona Noona. Kok cuma sebentar disana?"

"Seojun tidur, Kak Yoona sibuk sama kerjaan online-nya. Ga enak juga disana, jadi aku pulang aja!"

Mas Dae duduk di samping gue. Gue bantu melepas dasi dan jasnya. Mukanya terlihat lelah. Pasti sulit ya menjalani pekerjaan sebagai dosen, karena nyatanya itu bukan bidangnya. Lagi-lagi hati gue rasanya sakit. Dia berjuang sejauh ini demi gue.

"Kamu lagi mikir apa?" dia mengelus pipi gue.

"Ga ada, Mas!"

"Belajar bohong dulu yang pinter, baru praktekin ke aku"

Gue memang selalu payah kalau disuruh bohong. Dicecar seperti itu gue hanya bisa diam.

"Kalau belum pengen cerita gapapa, aku mandi dulu ya"

Dia beranjak dari sofa. Gue membuntutinya ke kamar, langsung merebahkan badan di atas kasur. Dia yang sedang mengambil baju dan handuk menghentikan langkahnya.

"Ngapain kamu?"

"Aku pengen bobok disini!"

"Kan udah dibilangin, kasurnya kecil ga muat buat berdua!"

"Yang bilang mau bobok berdua siapa? Aku bilangnya pengen bobok disini!"

"Trus aku tidur dimana?"

"Serah!! Kamarku boleh, sofa boleh, dapur boleh, balkon juga boleh!"

Dia menghampiri gue yang sedang memeluk guling menghadap dinding, memunggunginya. Bisa gue rasakan ada tekanan di pinggir kasur.

"Kamu kalau ngomong selalu ga dipikir dulu. Misal aku tidur di balkon, trus kedinginan, trus aku minta diangetin, kamu mau tanggung jawab?"

Terusin!!! Terusin kelakuan lo!!! Ini dia ngomong gitu sambil gesek-gesekin hidungnya di ceruk leher gue. Ya Tuhan, gini banget tunangan gue!!! Bisa gue dry clean ga sih otaknya??

Gue tetep diam, pura-pura tidur aja lah daripada urusan jadi panjang. Eeehh si bapak negara malah ikutan tidur sambil meluk gue. Ini kasur ukurannya single, dan badan kita jadi nempel banget!!!

"Ga usah pura-pura tidur!! Udah aku bilang kan, belajar bohong dulu yang pinter!"

Diem Na, diem!! Jangan jawab, jangan gerak, tapi harus tetep nafas biar ga jadi mayat beneran yang ngambang di Sungai Han!! Kesenengan Kak Dyo doanya terkabul.

"Oohh jadi beneran tidur nih? Oke, kalau diapa-apain ga kerasa kan?"

Dia mengatakan itu sambil menaikkan kaki mengunci kedua kaki gue yang sedang memeluk guling. Menyibak rambut di leher gue, kemudian tangannya turun dan menelusuk masuk ke dalam piyama gue. Apalagi yang dia cari kalau bukan pengait bra.

Married You  X  KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang