Saat semesta menginterupsi
Biar aku menyudahinya
Tenggelam bersama mawar layu
Mati dengannyaSaat semesta menginterupsi
Inginku terpejam serapat-rapatnya
Mengakhiri apa yang tak lagi berguna
Sebab tak layak lagi ada garis iniRachel sengaja melompat ke air, akal sehatnya sudah tak berfungsi lagi, ia lelah bernegosiasi dengan pikiran dan hati yang mengajaknya untuk terus bersabar, tapi bertahan bukan lagi pilihan.
Saat Leo mengatakan kalau mereka takkan pernah berakhir, buncahan emosi makin menyebar ke sekujur tubuh hingga apa yang Rachel lihat seperti tanpa warna, tak ada lagi pelangi di hidupnya, karena Leo hanyalah abu-abu. Gadis itu kalap dan mulai mengakhiri sendiri.
Rachel bisa berenang, hanya saja ia sengaja tak menggerakan anggota tubuhnya dan membiarkan alam membawanya pada satu titik. Rachel membuka mata sejenak saat merasakan kalau ia mulai lemah, gadis itu pun terpejam dan membiarkan tubuhnya semakin menuju dasar. Cukup! Rachel sedang merangkai jalan keluar terbaik.
Leo melepas jaketnya dan ikut melompat ke air, ia mendapati tubuh gadis itu kian jauh hingga Leo berenang lebih ke bawah. Gadisnya tak punya daya untuk bergerak lagi, Leo meraih pinggang Rachel sembari terus menggerakan kaki sekaligus tangannya—berenang ke permukaan.
Leo berhasil menaikkan lagi Rachel ke dermaga, laki-laki itu sangat panik, ia meletakan tubuh tak berdaya Rachel di selasar. Leo meraih jaketnya untuk menutupi tubuh Rachel.
"Bangun, Hel. Bangun ...." Leo mengguncang bahu gadis itu, tapi tak ada pergerakan. Leo menepuk perlahan pipinya, tapi keadaan tetap sama. "Tolong bangun, Hel."
Mata Leo kemerahan, ia takut setengah mati. Akhirnya Leo melakukan CPR pada Rachel, ia meletakan dua tangan Rachel di dada gadis itu dan Leo menekannya. Namun, Rachel tetap bergeming.
"Please, Hel. Jangan tinggalin gue." Ketakutan itu makin membuncah, Leo mencoba memberi napas buatan pada gadisnya hingga Rachel terbatuk dan membuka mata perlahan. "Syukurlah kalau lo akhirnya sadar."
Rachel hanya diam, pandangannya kosong, gadis itu berharap kalau ia sudah benar-benar mati dan tak melihat Leo lagi.
Laki-laki itu mengangkat punggung Rachel dan memeluknya, Leo terisak kali ini. "Jangan pergi, jangan lakuin kayak tadi lagi, Hel ... gue minta maaf."
Merasa begitu ketakutan dan tertekan, perkataan Pelita kemarin terlintas di kepalanya. Kemarin setelah Rachel memutuskan pulang, Leo mengatakan semuanya pada Pelita, dan wanita itu marah besar menyikapi alasan Leo yang hanya mengikuti perintah Rachel.
"Tinggalkan Rachel, dia bukan boneka kamu. Gimana perasaan orangtuanya kalau tahu anak mereka ternyata kamu permainkan seperti itu, mama juga perempuan sekaligus seorang ibu, Leo. Mama tahu seperti apa sakitnya Rachel walaupun dia lebih banyak diam, nama mengutuk keras perbuatan kamu!"
"Leo nggak akan pernah lepasin Rachel."
"Kamu siksa dia! Kamu nunggu dia kehilangan kesabaran dan semuanya lebih buruk! Kalau kamu cinta sama Rachel, jaga dia—bukan malah kamu sakitin bertubi-tubi, kamu udah kelewat batas, Leo! Apa nggak ingat ayah Rachel pernah bilang kalau rasa kecewa Rachel udah terlalu berat, dia bisa melakukan hal yang nggak seharusnya. Kamu dengar sendiri kalau Rachel pernah mau gantung diri waktu SMP karena masalahnya kan!"
Kalimat terakhir terlalu Leo remehkan, dan yang baru saja terjadi sudah menegaskan kalau Rachel memang kecewa berat. Gadis itu ingin lepas dari sangkar yang mengurung posisinya karena butuh udara segar.
"Rachel ...." Leo mengangkat kepalanya, ia melihat sorot mata gadis itu masih sama dan enggan berbicara. "Gue, gue bakal turutin kemauan lo—walaupun ini berat, gue nggak mau kehilangan elo, Hel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah (completed)
RomanceSekuel of 'Danke' Romance, angst. "Terbang setinggi yang lo mau, lari sejauh yang lo bisa. Senang dikasih kebebasan, 'kan? Tapi satu hal, saat lo capek nanti--nggak usah cari tempat buat lo pulang, karena dia udah capek buat mengerti segalanya, dan...