Rachel mengusapi rambut basahnya menggunakan handuk kecil, ia baru saja selesai mandi setelah basah kuyup terkena hujan meskipun sudah malam. Gadis itu duduk di depan meja riasnya seraya menatap pantulan di cermin, Rachel menghela napas saat mengingat momen sebelum Leo pergi tadi. Bagaimana mungkin semua itu tiba-tiba terjadi tanpa permisi? Bodohnya lagi Rachel tak berkutik seolah manekin yang terpajang cantik.
Rachel meletakan handuk di meja rias, ia beranjak menghampiri ranjang dan merebahkan tubuh yang terasa lelah setelah seharian beraktivitas dengan kedua sahabatnya, besok masih ada hari bersama mereka sebelum dua gadis itu pulang ke Jakarta.
Rachel meraih ponsel nan tergeletak di sisi bantal, tak ada notifikasi chat dari siapa-siapa, dari Raka pun tidak, sebab Rachel sudah memberitahu kalau ia akan beristirahat. Laki-laki itu terlalu peka untuk memahami keinginan Rachel.
Ia meletakan ponsel di dada seraya terpejam sesaat hingga terbesit bayangan Leo yang melintas di kepalanya, Rachel merasakan desiran nan pernah ia alami dulu, kenapa tiba-tiba hadir lagi setelah perasaannya berpaling untuk Raka?
Rachel membenci hatinya sendiri, kenapa ia semudah itu kembali pada bagian yang seharusnya sudah tak perlu diingatnya. Kenapa Leo masih saja mengusik tiada henti, dan kenapa bulatnya bumi terus mempertemukan mereka, masih banyak sejuta 'kenapa' yang membuat Rachel protes.
Tadi, masih Rachel ingat saat tangan Leo bergerak menarik pinggangnya agar mereka lebih rapat. Leo peluk pinggang Rachel dengan satu tangan, dan tangan lain terus menekan tengkuk Rachel agar ciumannya lebih dalam.
Jujur, Rachel merasa benar-benar gagal untuk mendorong Leo pergi saat itu, ia seperti terhipnotis dengan suasana beraroma sendu. Ia merasa seperti pernah dan rindu.
"Dasar bego! Ingat ya kalau sekarang lo punya Raka, Hel," gerutu gadis itu seraya menarik bantal dan menggigit sisinya dengan gemas, "bisa nggak sih itu makhluk satu lenyap dari pandangan mata gue, ganggu orang aja walaupun udah jadi mantan."
***
Leo sendiri juga baru keluar dari kamar mandi, celana pendek hitam serta t-shirt polos sudah membalut tubuhnya, sebuah handuk kecil tersampir di bahu kiri. Laki-laki itu tersenyum miring saat menatap pantulan diri pada cermin nan menempel di almari besarnya.
"Lo berharap apa sih, Hel? Gue kembaliin kalung lo itu bukan karena gue benar-benar lepas lo gitu aja, gue bohong buat semuanya. Nggak mungkin gue lepas lo gitu aja buat Raka, gue cuma lagi cari cara lain biar lo bisa balik lagi ke gue," ucap Leo pada dirinya yang makin tampan saat ia menyugar rambut basah tersebut ke belakang.
Sejatinya memang Leo tak pernah benar-benar ingin melupa atau melepas sosok Rachel dari hidupnya, Leo hanya mengulur waktu untuk menarik perasaan Rachel lagi, Leo ingin hati Rachel kembali padanya dengan cara menjauh lebih dulu, mengulur perasaan dengan berbagai perhatian.
Siapa tahu Rachel juga memiliki rasa yang sama dengan Leo meskipun kemungkinannya kecil saat Rachel sendiri yakin kalau ia sudah menepi pada Raka.
Namun, hati manusia tiada yang tahu isinya, kan?
Jadi, Leo berhak mengasumsikan pemikirannya sendiri, ia tak bisa membunuh perasaannya semudah itu. Ia masih menginginkan Rachel, dan ciuman tadi membuatnya seakan terbang ke langit, rasa hangat itu menjalar ke sekujur tubuh yang basah kuyup oleh air hujan. Saat Rachel berkata besok akan pergi ke Kebun Begonia, terbesit sesuatu dalam kepala Leo meskipun akan ada Raka nantinya.
Ia bebas melakukan apa saja sebebas keinginannya.
"Ekhem!" Deham seseorang membuat senyum di wajah Leo luntur, ia menoleh mendapati Ananta berdiri di ambang pintu kamarnya. "Senyumin apaan, Bang? Udah mulai gila?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah (completed)
RomanceSekuel of 'Danke' Romance, angst. "Terbang setinggi yang lo mau, lari sejauh yang lo bisa. Senang dikasih kebebasan, 'kan? Tapi satu hal, saat lo capek nanti--nggak usah cari tempat buat lo pulang, karena dia udah capek buat mengerti segalanya, dan...