Gadis yang masih mengenakan piyama cokelat bergambar Grizzly bear itu sesekali menguap saat kaki-kakinya menuruni anak tangga, entah siapa pagi-pagi begini sudah mengusik tidurnya dengan menekan bel berulang kali. Rachel mengangkat kedua tangan merenggangkan otot-ototnya yang kaku setelah tidur cukup lama, sekarang sudah pukul sembilan, dan Rachel baru bangun karena diusik suara bel rumah, sebenarnya ia tak mendengar, hanya saja pembantu rumah terus mengetuk pintu kamar.
Rambutnya masih berantakan sampai Rachel mencepol sebelum tangannya bergerak memutar kenop pintu hingga terbuka, senyum dua makhluk ajaib kini menyambut pagi Rachel setelah beberapa hari berada di Bandung.
"Hai, Sayang. Nggak lupa kan sama planning kita bertiga waktu itu?" Kenta berkedip gemas, tangan kanan gadis itu menarik sebuah koper hitam pun dengan Aileen yang tak kalah heboh, kacamata hitam bertengger manis di hidung Aileen, mereka seperti ... ingin liburan, seketika Rachel merasakan kepalanya berdenyut hebat menanggapi kehadiran dua makhluk ajaib itu.
"Wah iya! Gue sampai lupa!" Rachel terkekeh hambar. "Kalian baru datang atau udah dari tadi?"
Aileen menurunkan kacamatanya. "Baru banget, Hel. Kita mampir ke sini dulu karena mau minta sarapan, habis itu baru cari vila buat gue sama Kenta."
"Betul sekali! Minta sarapan!" Kenta nyengir kuda, sedangkan Rachel hanya bisa menggaruk kepala—pasrah membiarkan dua sahabatnya masuk ke rumah.
Mereka meletakan koper di sisi meja ruang tamu sebelum melangkah begitu saja ke segala tempat seolah menganggap rumah Rachel adalah rumah sendiri, Rachel sudah menduga hal itu akan terjadi sejak awal. Pasalnya Kenta dan Aileen memang bukan tipe gadis kalem yang hanya diam sembari menunggu pemilik rumah mempersilakan sesuatu, mereka lebih mirip lalat yang suka menclok di mana-mana tanpa tahu malu, tapi Rachel membiarkan apa yang ingin dilakukan dua gadis itu.
"Gue mandi dulu ya, kalau mau sarapan ke dapur aja, minta Bi Amina suruh buatin," ucap Rachel seraya menapaki anak tangga saat dua temannya sibuk explore ruang-ruang di rumah Rachel.
"Sip, Hel! Kita ini tamu yang baik, jadi nggak akan minta macam-macam," seru Kenta nan sudah masuk ke ruang lukis milik tuan rumah, gadis itu bergeming terpesona mendapati banyak lukisan Rachel benar-benar bagus. "Demi apa! Rachel emang multitalenta banget, bisa nyanyi sekaligus ngelukis."
Sebenarnya sebatas lukisan-lukisan sederhana yang dihasilkan dari tangan Rachel, beberapa tentang panorama alam serta wajah orang yang cukup asing di mata Kenta. Satu lukisan tampak menarik perhatian Kenta, kanvas yang digunakan pun paling besar, dan lukisan bergambar seorang gadis tengah berdiri di ujung dermaga seraya mengangkat tangan seperti meraih camar di atasnya dengan nuansa senja—matahari oranye itu terlihat nyata.
Kenta maju beberapa langkah menghampiri lukisan nan terpajang paling besar diantara lukisan lainnya, Kenta melihat di ujung bawah sebelah kiri lukisan tertera tanggal pembuatan.
"Tujuh Juni 2017, ini berarti sekitar dua tahun yang lalu." Kenta tersenyum. "Rachel emang amazing."
"Ngapain lo di sini?"
Suara Aileen membuat Kenta memutar tubuh, ekspresi yang Aileen tunjukan tak kalah terpesona saat masuk ke ruang lukis Rachel di rumahnya.
"Lagi lihat mahakarya Rachel." Kenta menghampiri Aileen dan menarik tangan gadis itu keluar ruangan. "Udah, mending kita nyari sarapan aja, kasihan perut gue udah meraung-raung."
Aileen memutar matanya. "Halah, ya udahlah. Yuk ke dapur, nyari kulkas."
Keduanya lebih bersemangat lagi jika harus mencari sesuatu nan berhubungan dengan perut mereka, sekalipun makan banyak, perut keduanya takkan pernah buncit atau gendut. Jadi, mulut tempat sampah memang benar-benar pas untuk kedua teman Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah (completed)
RomanceSekuel of 'Danke' Romance, angst. "Terbang setinggi yang lo mau, lari sejauh yang lo bisa. Senang dikasih kebebasan, 'kan? Tapi satu hal, saat lo capek nanti--nggak usah cari tempat buat lo pulang, karena dia udah capek buat mengerti segalanya, dan...