Suara musik terus terdengar saat mobil Raka melaju meninggalkan vila yang disinggahi dua sahabat Rachel, sejak pulang dari Taman Begonia memang tak ada percakapan pasti antara dua sejoli tersebut.
Gadis itu paham kalau Raka mungkin marah setelah melihat kekasihnya berbicara hanya berdua dengan Leo dalam posisi yang lebih jauh, semua itu menegaskan jika Rachel serta Leo membahas sesuatu yang penting sampai harus berpindah tempat.
Untungnya, tak ada keributan tatkala Raka menghampiri kekasihnya ketika masih berbicara dengan Leo di dekat wahana mobil bunga, hanya tatapan tak suka yang Raka layangkan untuk Leo sebelum menarik Rachel dengan alasan mencari Kenta serta Aileen.
Rachel baru sadar, setiap orang memang miliki batas kesabaran termasuk Raka yang terlihat santai itu. Rachel sangat menyesal telah membuat Raka kesal hari ini, padahal gadis itu sendiri yang meminta Raka agar menemani jalan-jalannya bersama Kenta dan Aileen, tapi Rachel juga penyebab mood Raka rusak.
Saat Kenta dan Aileen masih di mobil, suara Raka masih terdengar ketika saling melempar candaan dengan dua sahabat Rachel. Lalu kini, hanya alunan musik yang menemani kebisuan sepasang kekasih di bawah atap mobil.
Rachel ingin bicara, hanya saja ia tak tahu memulainya dari mana. Gadis itu terus merapal kata maaf dalam benaknya, terkadang ia melirik Raka yang terus berfokus dengan keadaan di jalan.
Mobil Raka sudah menepi di dekat gerbang rumah Rachel, gadis itu masih bergeming saat Raka melakukan hal yang sama. Rachel menarik napas panjang, ia benar-benar canggung untuk mengeluarkan sepatah kata.
"Udah sampai, kan? Turun," ucap Raka pada akhirnya buka suara, tapi nada bicara cowok itu benar-benar tak bersahabat.
Rachel mengangguk, ia paham kondisi. Gadis itu melepas seat belt, tapi tak lekas turun. Ia menatap Raka yang masih bergeming di balik kemudi beesama ekspresi kesal melekat di wajahnya.
"Marah?" Rachel juga memberanikan diri bertutur kata, ia tak ingin masalah mereka sampai berlarut-larut.
"Enggak." Raka keluar dari mobil, Rachel akhirnya ikut keluar dan menghampiri Raka yang kini bersandar di pintu sebelah kanan, laki-laki itu mengeluarkan sebungkus rokok untuk kemudian menyulutnya sebatang. Rachel sendiri dibuat terkejut melihat Raka merokok, selama ini tak pernah sekalipun Rachel mendapati asap rokok membumbung dari bibir Raka. "Kenapa? Aneh ya, namanya juga cowok."
Meski terkejut, gadis itu mencoba biasa saja, mungkin karena Raka sedang marah, jadi laki-laki itu bebas melakukan apa pun di depan Rachel.
"Nggak, serius lo nggak marah sama gue?" Tadi itu—"
"Nggak bisa lebih jauh lagi ngomongnya? Jadi, nanti gue nggak bakal lihat lo sama dia sekalian. Aman, kan?"
"Raka, gue nggak bahas apa-apa sama dia."
"Terus kenapa jauh gitu posisinya, gue yang urus adiknya, dan elo yang urus abangnya. Gitu maksudnya, Hel?"
Gadis itu menggeleng. "Intinya, gue nggak ada apa-apa lagi sama, Leo. Kita cuma ngobrol biasa kok, maaf kalau bikin elo marah kayak gini. Gue nggak sengaja dan nggak ada niat."
Raka tertawa, ia membumbungkan asap rokok hingga menyentuh indra penciuman Rachel, gadis itu terbatuk tak nyaman.
"Mending lo masuk, mau hujan sekarang," tutur Raka. Laki-laki itu menengadah pada langit yang mulai abu-abu.
"Lo maafin gue dulu, baru gue masuk."
Raka menghela napas, ia membuang batang rokok yang baru disesap sedikit dan menginjak benda silindris itu hingga tak berbentuk. Raka menarik Rachel ke pintu sebelah kiri, ia buka dan paksa gadisnya masuk sebelum memasangkan seatbelt.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah (completed)
RomanceSekuel of 'Danke' Romance, angst. "Terbang setinggi yang lo mau, lari sejauh yang lo bisa. Senang dikasih kebebasan, 'kan? Tapi satu hal, saat lo capek nanti--nggak usah cari tempat buat lo pulang, karena dia udah capek buat mengerti segalanya, dan...