Sayap-Sayap Patah (completed)

50. White Creater.

Kawah Putih adalah sebuah tempat wisata di Jawa Barat yang terletak di desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung Jawa Barat di kaki Gunung Patuha. Kawah Putih merupakan sebuah danau nan terbentuk dari letusan Gunung Patuha. Tanah yang bercampur belerang di sekitar kawah ini berwarna putih, lalu warna air yang berada di kawah ini berwarna putih kehijauan, hal unik dari kawah tersebut adalah airnya terkadang berubah warna. Danau Kawah Putih sendiri berada pada ketinggian 2194meter, tapi luas total Danau Kawah Putih 25 hektar yang dipakai wisata lima hektar dan lokasi kawah sendiri tiga hektar.

Minibus berisi rombongan Explore Bandung baru saja memasuki area parkir atas yang disediakan pengelola,  beberapa mobil pribadi termasuk milik Leo juga baru berhenti di sana, kebetulan area parkir atas lebih dekat dengan bibir kawah meskipun biayanya sekitar 150ribu, harga tiket masuk per-orang hanya lima belas ribu.

Baru saja Rachel akan membuka pintu menggunakan tangannya sendiri, tapi Leo bergerak lebih cepat mengitari kap mobil ternyata lebih dulu membukakan pintu untuk Rachel. Gadis itu tersenyum tipis seraya keluar, ia mengangkat kedua tangan sekadar merenggangkan otot nan terasa kaku usai perjalanan cukup jauh.

"Ini masih perlu jalan kaki buat sampai, jauh. Mau gendong?" tawar Leo.

"Enak aja, enggak usah. Gue udah gede, strong." Rachel menjulurkan lidah. "Lagian kenapa kita nggak ikut rombongan minibus, sih." Ia menglihkan pandang pada anggota Explore Bandung, mereka masih mengantre turun, posisi parkir mobil Leo serta minibus hanya terpaut satu mobil saja.

"Satu, kebanyakan cowok. Dua, mereka nggak bisa diam, nanti lo diwawancara ini itu. Tiga, di dalam itu panas—" Kibasan tangan Rachel memotong perkataan Leo.

"Halah, bilang aja lo cemburu," celetuk gadis itu tanpa penghalang, ia menatap arloji yang memperlihatkan pukul sepuluh lewat.

"Ya emang cemburu," aku Leo seraya berlalu pergi, suaranya mengencil terbawa desau angin.

"Anak orang jangan ditinggalin!" teriak Rachel saat Leo tak mengajaknya menghampiri rombongan Explore Bandung di depan minibus, ia berlari kecil menyusul Leo.

Cukup banyak pengunjung yang datang, mereka melangkah melewati dermaga agar mencapai area tengah. Rachel sendiri terus memperhatikan keadaan sekitar seraya melangkah di sisi Leo, ia tampak nyaman saja ketika erat rangkum tangan Leo menjaganya meski laki-laki itu juga sibuk berbicara dengan teman sesama fotografer amatiran di sisi kiri. Mereka perlu menuruni beberapa anak tangga cukup lebar hingga tiba di bibir kawah.

Suasana cerah semakin mendukung saja, gumpalan awan putih bersemi tanpa ragu, mentari bersinar tanpa malu-malu. Panorama yang ditampilkan alam benar-benar menakjubkan, memanjakan bola mata hingga banyak decak kekaguman tercipta.

Orang-orang jatuh cinta dengan apa yang mereka lihat, semua sungguh menakjubkan. Warna air kawah seperti putih kehijauan menjadi keunikan tersendiri, menjadi daya tarik paling memikat.

"Kita baru pertama ke sini, kan, ya?" tanya Leo usai mengakhiri percakapan dengan temannya, ia beralih pada Rachel nan sibuk memperhatikan sekitar.

Telinga itu mulai kehilangan fungsi saat pertanyaan Leo sama sekali tak mampu merasuk, empunya sibuk mengagumi setiap hal di sekitarnya.

"Hey." Leo meloloskan ikat rambut Rachel hingga mahkota gadis itu terurai indah, tak kalah cantik dari pemandangan di sekitar mereka.

"Apa? Kok ditarik, sih." Rachel hendak merebut ikat rambutnya, tapi Leo lebih cepat memasukan benda itu ke saku celana. "Kok jahil?"

"Gue tadi tanya apa coba?" Mereka berhenti, membiarkan rombongan melangkah meninggalkan. "Dengar, nggak?" Tangan yang tak merangkum milik Rachel terangkat menepikan surai panjang gadis itu, menyentuh sisi wajahnya dan berakhir dengan kecup lembut di pipi kiri.