Btw, dulu aku publish SSP di wattpad sampe 50chapter dan belum ending kan, sekarang aku punya 77chapter, semoga kamu gak bosen ya kalo ada notif update gentayangan teros (๑¯ω¯๑)***
"Langsung istirahat ya, Hel. Obatnya jangan lupa diminum kalau udah makan," pesan Raka sebelum melajukan motor meninggalkan Rachel yang melambai tangan di depan gerbang kost siang ini. Gadis itu memutar tubuh—bersiap membuka gerbang, tapi tangan seseorang menahannya. Gadis itu menoleh mendapati sosok Leo.
"Hei." Leo tersenyum. "Panas juga ya tangan lo, sakit beneran?"
"Awas!" Rachel meloloskan tangannya dan mendorong Leo sekuat tenaga hingga mundur beberapa langkah, gadis itu bergegas membuka gerbang, tapi Leo kembali mendekat—menarik tangan Rachel.
"Lo kenapa sih, Hel? Gue manusia, bukan setan. Kenapa takutnya kayak gitu."
"Awas! Gue mau masuk!" Rachel keukeuh, ia berusaha melepas cekalan Leo di tangannya, tapi Rachel kalah tenaga—apalagi ia lebih lemah karena daya tahan tubuh tengah menurun. "Mau apa sih!"
"Mau lo." Leo terkekeh sebelum beralih sedikit membungkuk dan mengangkat pinggang Rachel, kini tubuh gadis itu sudah membungkuk saat Leo menggendongnya ala karung beras di bahu kiri. Rachel memberontak, ia meukuli punggung Leo sekuat tenaga, kaki Rachel juga tak tinggal diam, tapi usahanya sia-sia saja.
"Lepasin gue, Leo! Gue mau istirahat!" pekik Rachel kala Leo membawanya menuju mobil nan terparkir tak jauh dari kost Rachel, sepertinya Leo memang menguntit aktivitas mantan kekasihnya.
"Iya, nanti istirahat bareng gue aja."
"Nggak mau! Turunin gue!"
Leo membuka pintu mobilnya, ia mendudukan Rachel seraya memasangkan seat belt meski gadis itu memukulinya berkali-kali.
"Udah tahu lagi sakit, bukannya hemat tenaga. Nggak capek pukulin orang?" cibir Leo berhasil membuat Rachel diam dan membiarkan saja seat belt terpasang di tubuh dengan benar. Pada akhirnya Rachel lagi yang harus mengalah menerima segala paksaan Leo, entah mantan atau bukan—sifat Leo tetap sama.
Laki-laki itu menutup pintu, ia memutari kap mobil dan berakhir duduk di balik kemudi. Leo menatap Rachel yang hanya diam, ia menyentuh kening menggunakan punggung tangan—merasakan jika tubuh Rachel memang panas.
"Kebanyakan caper sama cowok lain, udah tahu sakit bukannya di kost aja malah ngampus. Sengaja ya biar diperhatiin Raka, hm?"
Perkataan Leo membuat Rachel mendelik, gadis itu hendak memukulnya, tapi tangan Leo sudah menahan lebih dulu. Laki-laki itu terbahak.
"Kayak gitu ya modus lo deketin cowok biar bisa dijadiin pelarian, nggak bisa move on?"
"Lo ngomong apa sih! Gue mau turun!" Rachel meloloskan tangannya, ia bergerak membuka pintu, tapi tangan Leo mendahului menutup pintu lagi.
"Lo nggak akan ke mana-mana," pungkas Leo sebelum melajukan mobil menghampiri jalan raya.
***
Rachel benar-benar tak mengerti apa keinginan Leo sampai membawanya ke apartemen lagi setelah seminggu lebih kaki Rachel tak pernah menjamah tempat itu, yang lebih membuat Rachel tercengang adalah foto-foto dirinya nan terpajang pada pigura masih ada di tempat semula, lukisan sketsa wajah yang Rachel buat juga masih menempel di dinding. Kenapa Leo tak membuang semua itu atau bakar saja, mereka sudah berakhir, untuk apa menyimpan sesuatu yang hanya bisa menambah luka jika mengingatnya.
Lagi, bukankah Leo kekasih Natasha? Memangnya perempuan itu tak marah kalau melihat banyak foto Rachel berjejer manis di nakas. Otak Leo sebenarnya di mana? Atau Leo memang memperlakukan Natasha seperti Rachel dulu—karena harus menerima saat kekasihnya memikirkan perempuan lain. Leo memang gila!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah (completed)
RomanceSekuel of 'Danke' Romance, angst. "Terbang setinggi yang lo mau, lari sejauh yang lo bisa. Senang dikasih kebebasan, 'kan? Tapi satu hal, saat lo capek nanti--nggak usah cari tempat buat lo pulang, karena dia udah capek buat mengerti segalanya, dan...