6. Want to run.

3.4K 276 26
                                    

"Pokoknya nanti mau ke apartemen Bang Leo dulu, terus ke rumah Oma Mona sama Oma Sofi juga," tutur Ananta begitu antusias saat harus melangsungkan planning libur sekolah selama seminggu di Jakarta, gadis enam belas tahun itu duduk di sisi sang ibu yang sibuk mengemudikan mobil seraya fokus pada jalan raya.

"Iya dong, Nanta boleh ke rumah siapa aja. Maaf sekali kalau mama nggak bisa temenin Nanta di Jakarta, Nanta tahu sendiri kalau mama masih banyak kerjaan," sahut Pelita sejenak—menoleh menatap Ananta yang jika diperhatikan benar-benar mirip dengannya, kendaraan tersebut baru saja melewati area exit tol area Cikarang.

"Nggak apa-apa, lagian banyak keluarga. Nanta juga mau cerita-cerita sama Clara, Mama woles aja. Tidur di apartemen Bang Leo juga nggak apa-apa, ya, Ma?" Gadis berambut panjang itu menyelipkan surainya ke belakang telinga.

"Mau tidur di rumah siapa aja boleh kok, semua keluarga Nanta."

"Pasti Bang Leo bakal kaget karena kita ke Jakarta nggak bilang-bilang." Nanta tersenyum miring, ia sudah memiliki niat terselubung untuk mengganggu hari-hari kakaknya itu, maklum saja—sejak kecil sifat jahil Ananta sudah tertanam dan merambat di tubuhnya hingga dewasa, ia lebih nakal ketimbang Leo yang notabene laki-laki.

Ananta suka sekali usil dengan Leo, ia sering menyembunyikan barang-barang kesukaan Leo termasuk ponsel serta bola basket—mainan favorit nan biasa Leo gunakan ketika sparring basket dengan teman-teman sekolahnya saat masih di Bandung, Ananta juga pernah mengerjai Leo dengan menempelkan lem di kursi tempat biasa Leo duduk saat melakukan sarapan pagi hingga celana kakaknya itu robek di bagian pantat dan membuat Leo marah besar pada Ananta.

Nyatanya, semarah apa pun Leo terhadap Ananta ternyata takkan pernah mengubah sikap jahil adiknya itu. Ananta tetap akan menjadi Ananta yang menjengkelkan, dan datang ke Jakarta membuat Ananta begitu bersemangat saat harus menemui Leo, makanya ia utamakan datang ke apartemen Leo lebih dulu.

Perjalanan empat jam lebih akhirnya bisa ditemuh Pelita karena sempat terjebak macet tadi. Planning Pelita setelah mengantar anak gadisnya dengan selamat adalah bergegas pulang ke Bandung, jika saja Pelita memiliki waktu senggang atau bisa ambil cuti dari pekerjaannya—pasti ia ikut menginap di Jakarta dan menemui lebih lama orangtuanya.

Mobil Pelita sudah berhenti di parkiran apartemen, ia dan Ananta bergegas turun sebelum menghampiri lobi dan masuk lift, mereka menuju lantai tiga puluh tempat Leo tinggal.

Terlalu bersemangat, Ananta mengetuk pintu apartemen Leo berulang kali tanpa jeda meski Pelita sudah menegur karena takut mengganggu pemilik apartemen yang lain, nyatanya Ananta enggan mendengarkan ucapan ibunya.

"Bang Leo lama banget sih, Ma," gerutu Ananta saat pintu tak kunjung dibuka, "apa dia nggak ada di apartemen ya, Ma?"

Pelita mengedik bahu. "Lagian kamu bilang mau kasih surprise, jadi ya nggak bisa ditebak juga dong, kita nggak kasih kabar."

Bibir Ananta mengerucut, ia kembali tersenyum saat pintu kamar terbuka. Namun, senyum Ananta pudar seketika saat ia mendapati bukanlah Leo yang membuka pintu—melainkan gadis nan hanya mengenakan kemeja polos kebesaran hingga menutupi bagian paha. Pelita tak kalah terkejut mendapati perempuan lain berada di unit Leo, sementara selama ini keluarganya tahu jika putra mereka menjalin hubungan dengan Rachel.

"Kamu siapa!" Pelita tak bisa bersabar untuk mendengar jawaban perempuan itu, ia masuk begitu saja bersama Ananta yang menyipit memperhatikan perempuan asing itu. "Leo! Kamu di mana!"

Pelita membuka kamar dan menemukan ranjang Leo yang berantakan, beberapa pakaian berserakan di selasar pun seprai yang begitu lusuh. Pelita bisa menebak kalau ranjang tersebut bekas digunakan untuk sesuatu, dan pemiliknya baru keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk sebatas pinggang.

Sayap-Sayap Patah (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang