23. I'm hurt, Mom.

2.7K 202 19
                                    

Duduk di jendela kamar dengan posisi paha kanan menumpu paha kiri untuk meletakan gitar akustik di pangkuannya seraya memetik satu per satu senar gitar hingga bunyi terdengar begitu selaras. Hal sederhana itu tengah Rachel lakukan di balik balkon kamar, ia hirup dalam-dalam udara Bandung yang selalu dirindukannya, ia berada di rumah.

Mungkinkah masih ada waktu

Yang tersisa untukku

Mungkinkah masih ada cinta di hatimu

Andaikan saja aku tahu, kau tak hadirkan cintamu

Inginku melepasmu dengan pelukan

Suara derit pintu terdengar bersamaan sosok wanita berkacamata masuk ke kamar Rachel, dia Mili—ibu Rachel—yang bertugas sebagai suster kepala di rumah sakit seperti tempat kerja Pelita sebagai dokter umum, wanita itu mengenal baik Pelita.

Mili tampak membawa nampan berisikan susu hangat yang kini diletakkannya pada permukaan laci kecil dekat ranjang Rachel nan tertata rapi setelah dua hari si pemilik kamar kembali ke sana, Mili merasa jika putrinya semakin beranjak dewasa saja.

"Susunya diminum dulu, Rachel. Nanti keburu dingin," ujar Mili seraya menghampiri Rachel, anak gadisnya berhenti memetik senar gitar, ia sandarkan alat musiknya di tembok dekat jendela, Rachel diam tersenyum. "Masih suka manggung di kafe?"

"Masih kok, Bun. Biar nggak pening juga ini kepala, stres ngadepin dosen killer." Rachel terkekeh geli, tapi Mili ikut tertawa juga.

"Sini, bunda mau tanya." Wanita itu menarik Rachel agar ikut duduk dengannya di ranjang.

"Tanya apa?"

"Kamu beneran udah nggak ada hubungan sama Leo anaknya Dokter Pelita itu?"

Rachel mendengkus sebelum menjawab pertanyaan Mili. "Iya, Bun. Rachel udah bilang kemarin, kan? Udah kenalin Raka juga ke Bunda, kenapa emangnya? Bunda kayak ragu gitu."

"Ya nggak ada apa-apa, cuma yang bunda lihat aneh aja. Tiba-tiba putus, bunda sih terserah Rachel mau sama siapa selama kamu belum menikah, cuma yang bunda tahu kalau Leo itu ... cinta sekali sama Rachel, benar?"

Ungkapan Mili membawa hati Rachel pada arus masa lalu, cinta seperti apa yang harus dipercaya jika sosok nan begitu disayangi terus saja berkhianat, cinta seperti apa yang perlu dipertahankan lagi saat hati terus dibuat mati.

Rachel pernah begitu mencintai, sampai lambat laun Leo memusnahkan segalanya tanpa peduli apa itu sakit hati. Sekarang jika Mili mengungkap Leo begitu mencintai Rachel, mana buktinya?

Oke, yang Mili tahu selama ini hubungan Rachel dan Leo memang baik-baik saja, mereka sering pulang ke Bandung bersama sampai Leo juga berkunjung ke rumah Rachel dan ikut makan malam beberapa kali dengan keluarga kekasihnya, Leo cukup dekat dengan Sagara—ayah Rachel—yang  sering mengajaknya bermain catur atau bilyard bersama—layaknya kedekatan anak dan ayah, jadi aneh saja jika tiba-tiba Rachel dan Leo berakhir.

Mili seolah tak melihat tanda-tanda sesuatu yang membuat hubungan sang putri dengan Leo harus kandas di tengah jalan, selama ini Mili dan Sagara terlalu mengenal baik keluarga Leo, bahkan mendukung mereka. Asing saja jika Rachel pulang ke Bandung bukan dengan Leo, tapi laki-laki baru yang disebutnya sebagai kekasih.

Mili hanya tidak tahu betapa tertekannya Rachel selama beberapa bulan terakhir hingga ia bisa terlepas dari jerat mengerikan itu, meski harus nekat menceburkan diri ke laut juga agar Leo mengerti keinginannya. Jika Mili tahu kalau anak gadisnya sampai senekat itu, pasti yang ditanyakan bisa lain lagi.

"Ya ... itu dulu, Bun. Sekarang udah enggak lagi, si Leo juga punya pacar kok sekarang, enggak cuma Rachel aja yang punya pacar. Jadi, udah jelas kalau kami punya jalan masing-masing, kan?" Rachel menata dialognya sebaik mungkin, ia tak ingin keceplosan menyebut alasan berakhirnya hubungan itu. Cukup ia saja menerima rasa sakit hati, ia tak ingin orangtuanya juga terluka jika tahu seperti apa anak mereka diperlakukan oleh Leo.

Sayap-Sayap Patah (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang