Rachel merasa kalau Leo sebenarnya sedang kesurupan makhluk halus di apartemen hingga nekat meminta dansa dengan Rachel, selama dua tahun pacaran baru hari ini—saat mereka bukan lagi apa-apa justru permintaan Leo lebih aneh-aneh lagi, Rachel mengikuti hal sederhana itu asal ia bisa pulang ke kost secepatnya.Musik lewat ponsel mengalun begitu sendu—hanya sebatas instrumen sebuah lagu favorit Rachel, entah kenapa banyak hal yang membuat Rachel merasa aneh pada Leo. Kenapa laki-laki itu terlalu memperhatikan segala kesukaannya di masa lalu setelah mereka berakhir?
Kalau itu cara Leo agar Rachel bisa kembali, gadis itu masih mampu membacanya. Namun, Rachel enggan memusingkan semua perhatian yang Leo bagi, Rachel sedang sakit karena ulah Leo begitu kelewatan di acara Natasha kemarin malam, jadi mungkin—itu alasan Leo memperhatikannya.
Kali ini gadis itu menunduk menyembunyikan si wajah pucat saat kedua tangannya melingkari leher Leo, dan kedua tangan Leo menyentuh pinggang Rachel. Dansa mereka begitu kaku meski instrumen yang diperdengarkan begitu halus sekaligus membius, nyatanya mereka memang tak pernah melakukan aktivitas semacam ini.
"Kenapa nggak mau lihat gue? Nanti diulang sampai besok," ucap Leo berhasil membuat Rachel mengangkat wajah, menatapnya, "nah gitu, kan bagus."
"Hm."
Kaki-kaki mereka bergerak pelan ke kiri dan kanan serempak meski terlihat seperti robot nan berlatih menari di lantai dansa.
Keduanya berada di kamar Rachel dan membiarkan pintu tetap terbuka. Awalnya gerakan itu masih berlangsung hingga Leo gemas sendiri saat iris Rachel begitu membiusnya, terlalu melenakan—membuat Leo memutar posisi mereka untuk kemudian mendorong Rachel hingga terbaring di ranjang. Gadis itu mendelik saat Leo meloloskan kaus dan melempar ke sembarang arah.
Satu kaki Rachel terangkat di sisi ranjang seraya menekuk lututnya, ia menahan tubuh Leo yang mulai merangkak di atasnya.
"Minggir nggak! Udah gila lo!" pekik Rachel saat manusia di atasnya justru tertawa, "awas!"
Leo turun dari ranjang, meraih kausnya di selasar, ia kenakan lagi sebelum beralih meraih ponsel di nakas—mematikan instrumen musik tadi. Rachel hanya tidak tahu kalau Leo menyalakan musik sekaligus merekam aksi mereka dansa ala robot tadi sampai Rachel terbaring di ranjang, Leo tersenyum miring melihat rekaman itu.
"Lo tetap tidur di sini, besok baru gue antar pulang. Selamanya kamar ini punya elo, Rachel," putus Leo sebelum keluar kamar tanpa lupa menutup pintu.
Rachel mengusap dadanya. "Astaga, dia mau bikin gue mati muda tadi."
***
Asap pekat rokok serta bau alkohol menguar di ruangan yang begitu ramai oleh aktivitas manusianya, club malam Summer Night begitu padat oleh mereka yang sibuk melakukan one night stand, sekadar mabuk dan membuat kesal orang lain, aktivitas kencan dengan alkohol, menari bersama iringan musik disk jockey yang begitu ngebeat, atau beberapa dari pengunjungnya memilih diam seraya berbicara dengan pasangan—bahkan sendirian saja seperti Raka yang hanya diam melihat Alan membawa Angel—kekasihnya.
Raka begitu menikmati sebatang rokok yang baru disulutnya tadi, ia diam memperhatikan aktivitas orang-orang di sekitar seraya membumbungkan asap rokok dari lubang hidung atau mulutnya. Raka tak pernah terlihat merokok jika berada di area kampus, tapi saat berada di luar—bisa mirip seperti cerobong asap di rumah-rumah khusus, terus saja membumbung tiada henti.
Sedangkan Alan sibuk merapatkan tubuhnya dengan Angel, tangan kiri Alan merangkul bahu gadis itu seraya menyesap batang rokok yang kini dibuangnya ke selasar sebelum diinjak hingga tak berbentuk lagi, setelah itu Angel memberikan segelas alkohol jenis vodka menggunakan gelas sloki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap-Sayap Patah (completed)
RomanceSekuel of 'Danke' Romance, angst. "Terbang setinggi yang lo mau, lari sejauh yang lo bisa. Senang dikasih kebebasan, 'kan? Tapi satu hal, saat lo capek nanti--nggak usah cari tempat buat lo pulang, karena dia udah capek buat mengerti segalanya, dan...